Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dari Kebocoran SPBU terhadap Pencemaran Air di Kabupaten Bogor (Studi Kasus: Desa Pengasinan, Kp. Nagrok, Kec. Gunung Sindur, Kab Bogor, Jawa Barat)

Abstract

Pertumbuhan jumlah SPBU yang tidak dipertimbangkan dengan seksama konteks kebijakan lingkungannya dapat menimbulkan eksternalitas negatif. Kebocoran bahan bakar minyak (BBM) dari SPBU yang terjadi di Desa Pengasinan, Kp. Nagrok, Gunung Sindur, Kab. Bogor menyebabkan masyarakat merasakan eksternalitas negatif baik dalam bidang sosial, lingkungan, dan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut tujuan dari penelitian ini yaitu (1) menganalisis persepsi masyarakat tentang kualitas air saat ini di Desa Pengasinan, (2) mengidentifikasi eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat akibat pencemaran air di Desa Pengasinan, (3) mengestimasi besarnya kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat akibat pencemaran air di Desa Pengasinan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, analisis deskriptif, cost of illness, dan replacement cost. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut mayoritas masyarakat di Desa Pengasinan beranggapan “sangat setuju” bahwa kualitas air menurun dan sudah tercemar. Masyarkat di Desa Pengasinan beranggapan bahwa kualitas air mereka menurun, terjadinya peningkatan biaya pengeluaran untuk mendapatkan air bersih, terjadinya penurunan tingkat kesehatan, dan kenyamanan mereka terganggu. Estimasi kerugian ekonomi masyarakat menghasilkan nominal sebesar Rp 299.917.188/tahun.

An increase in the number of gas stations that does not carefully consider in its environmental policy may lead to negative externalities. The fuel oil leak from a gas station that occurred in Pengasinan Village, Gunung Sindur, Bogor Regency caused the public to experience the negative externalities in the social, environmental, and economic. Based on this case, the aim of this research is to (1) to analyse local people’s perception on the quality of clean water at Pengasinan Village, (2) to identify the negative externalities caused by the water pollution at Pengasinan Village that perceived by the local people, (3) to estimate the economic costs due tue the water pollution at Pengasinan Village. The methods that used in this research are skala likert, descriptive analyse, cost of illness, and replacement cost. The conclusion of those three points in this research are, that most of Pengasinan villagers “agreed” that there is decreasing of clean water in their villages. Pengasinan villagers assume that there is water pollution, that impacts their increase expenses, decreasing health issues, and their welfare being disrupted. The estimated of economic losses cost Rp 299.917.188/year in total.