Show simple item record

dc.contributor.authorFanani, Zaenal
dc.date.accessioned2010-05-07T10:32:41Z
dc.date.available2010-05-07T10:32:41Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15563
dc.description.abstractProses pembangunan ekonomi Indonesia salah satunya ditandai oleh bergesernya sektor pertanian menuju sektor industri pengolahan sebagai kontributor terbesar Produk Domestik Bruto (PDB). Industri pakaian jadi sebagai bagian dari industri pengolahan merupakan salah satu industri strategis yang menjadi unggulan, karena menyumbangkan devisa dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Kinerja dari industri pakaian jadi masih sangat berpeluang untuk dapat terus ditingkatkan mengingat masih adanya beberapa tantangan dan hambatan yang harus dilalui. Tantangan dan hambatan tersebut berasal dari dalam industri itu sendiri (internal) yaitu permesinan, bahan baku impor dan sistem perburuhan. Kemudian yang berasal dari luar industri (eksternal) ialah persaingan ekspor, high cost economy, pembiayaan dan impor ilegal. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terintegrasi dari hulu sampai hilir, dengan keterkaitan pola distribusi yang sangat erat antara subsektornya. Hubungan antar masing-masing subsektor tersebut terkait erat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan eratnya keterkaitan antara subsektor tersebut, langkah integrasi vertikal dapat menjadi alternatif bagi industri pakaian jadi dalam mendorong peningkatan dan pengembangan industri, disamping usaha-usaha lain yang terkait dengan tantangan dan hambatan yang harus dihadapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana tingkat integrasi vertikal pada industri pakaian jadi di Indonesia. Kemudian dilihat pula faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi vertikal tersebut dan seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap tingkat integrasi vertikal industri pakaian jadi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder time series dari tahun 1977 hingga tahun 2006. Data yang diperoleh merupakan data nominal yang kemudian diubah ke dalam bentuk riil dengan menggunakan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) tahun dasar 1993. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan model analisis regresi berganda yang diduga dengan metode Ordinary Least Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat integrasi vertikal industri pakaian jadi di Indonesia selama periode tahun 1977 hingga 2006 memiliki tingkat rata-rata yang cukup rendah yaitu sebesar 0,38 yang menunjukkan lemahnya keterkaitan antara industri pakaian jadi sebagai industri hilir dengan industri tekstil lainnya sebagai industri hulu. Kemudian, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat integrasi vertikal industri pakaian jadi adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar, ukuran rata-rata perusahaan, biaya input, nilai output dan efisiensi internal yang mampu menjelaskan pengaruhnya sebesar 99,97 persen sementara 0,03 persen dijelaskan oleh faktor yang berada di luar model. Variabel yang mempengaruhi tingkat integrasi vertikal secara positif ialah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar dengan nilai koefisien sebesaran 0,000131 dan nilai output dengan nilai koefisien sebesar 5,251113, sementara itu variabel ukuran rata-rata perusahaan dengan nilai koefisien 0,001414, biaya input 5,250054, dan efisiensi internal dengan koefisien sebesar 0,022162 memiliki pengaruh secara negatif terhadap tingkat integrasi vertikal industri pakaian jadi. Implikasi kebijakan yang terkait dengan penelitian ini adalah kiranya pemerintah mampu menerapkan kebijakan yang dapat memfasilitasi perbedaan diantara kedua kepentingan antara industri pakaian jadi dan industri tekstil lainnya yang menyebabkan cukup rendahnya tingkat rata-rata integrasi vertikal pada industri pakaian jadi di Indonesia. Langkah integrasi vertikal yang diterapkan selama ini tidak melanggar UU anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat No.5 Tahun 1999. Hal ini disebabkan karena strategi tersebut tidak mengarahkan perusahaan untuk memperoleh pangsa pasar lebih besar dari 75 persen. Nilai output merupakan variabel yang paling berpengaruh dan berhubungan secara positif. Langkah peningkatan output pada industri pakaian jadi diharapkan mampu untuk meningkatkan integrasi vertikalnya. Output industri pakaian jadi secara umum dipengaruhi oleh energi (listrik), bahan baku industri, modal dan tenaga kerja. Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah hendaknya mampu mendukung keempat faktor tersebut. Industri pakaian jadi di Indonesia diharapkan mampu untuk terus berkembang mengingat perannya yang cukup strategis bagi negara yaitu mampu menyerap tenaga kerja dan menjadi penyumbang devisa dalam jumlah yang cukup signifikan. Pemerintah dapat memberikan insentif berupa potongan atau keringanan pajak kepada perusahaan pakaian jadi yang mendirikan fasilitas produksi terpadu seperti unit pengolahan benang dan kain. Selain itu, juga diharapakan pemerintah mampu membuat kebijakan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat integrasi vertikal tersebut seperti dengan terus menggalakkan program restrukturisasi mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil serta menjamin ketersediaan pasokan listrik.agar pada gilirannya integrasi vertikal dapat bermanfaat luas bagi industri dan pelaku usaha, masyarakat, dan negara.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis integrasi vertikal industri pakaian jadi (garmen) di indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinyaid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record