Show simple item record

dc.contributor.advisorLatifah, Melly
dc.contributor.advisorJohan, Irni Rahmayani
dc.contributor.authorNadzir, Zulfa Maulida
dc.date.accessioned2024-08-01T04:11:25Z
dc.date.available2024-08-01T04:11:25Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/155334
dc.description.abstractPeriode perkembangan pada usia remaja adalah periode yang krusial dalam membentuk identitas, nilai-nilai, keterampilan, dan sikap individu. Pada masa tersebut juga seseorang akan mulai memasuki masa purbertas dimana hal tersebut mendorong perilaku seksual, salah satunya perilaku pacaran. Sebelumnya pacaran dilakukan oleh orang dewasa dengan seirus untuk mencari calon pendamping hidupnya yang berujung ke jenjang pernikahan. Namun, beberapa tahun terakhir ini terdapat perubahan pola dimana perilaku pacaran pada usia sekolah hanya untuk pemenuhan nafsu yang memiliki dorongan seksual yang kuat. Sama sepeti remaja pada umumnya, remaja yang tinggal di pondok pesantren juga melewati masa pubertas dan memiliki dorongan untuk berpacaran. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik remaja dan keluarga dengan kecerdasan spiritual, kelekatan anak-orang tua, anak-teman sebaya, kepribadian, sikap, dan periku pacaran santri serta menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung kecerdasan spiritual, kelekatan anak-orang tua, kelekatan anak-teman sebaya, kepribadian, terhadap sikap dan perilaku pacaran santri. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang melibatkan 259 remaja berusia 13 - 18 tahun yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok anak tinggal di asrama dan kelompok anak tinggal di rumah di Kabupaten Bogor. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji beda, uji korelasi dan analisis SEM. Pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2016, Statistical Package for Social Science (SPSS) 25.0, dan SmartPLS. Penelitian ini menggunakan explanatory research design dengan metode yang digunakan adalah metode voluntary sampling. Peneliti menyebarkan kuesioner untuk responden yang tinggal di asrama melalui pengurus pesantren. Sedangkan untuk responden yang tinggal di rumah kuesioner disebar dengan google form melalui media whatsaap yang dibagikan melalui pihak pesantren bagian pendidikan formal. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2024. Penelitian ini melibatkan remaja (laki-laki 40,5%; perempuan 59,5%) dengan rata-rata 15-17 tahun. Rata-rata ayah berada dalam kategori usia dewasa madya (41-65 tahun) baik untuk remaja yang tinggal di asrama (71,07%) maupun di rumah (74,64%). Rata-rata usia ibu berada dalam kategori usia dewasa madya (41-65 tahun) baik untuk remaja yang tinggal di asrama (57,85%) maupun di rumah (55,07%). Rata-rata lama pendidikan ayah dan ibu setara dengan tingkat perguruan tinggi (6 -18 tahun). Hampir semua ayah bekerja dengan jenis pekerjaan beragam dan kurang dari separuh ibu tidak bekerja atau berstatus ibu rumah tangga. Rata-rata indeks kecerdasan spiritual dan kepribadian berada dalam kategori sedang. Sementara rata-rata indeks kelekatan anak-orang tua, kelekatan anak-teman sebaya, sikap pacaran dan berada dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil uji beda ditemukan terdapat perbedaan signifikan dalam kepribadian, kelekatan anak teman sebaya, sikap pacaran, dan perilaku pacaran antara remaja yang tinggal di asrama dengan remaja yang tinggal di rumah. Berdasarkan hasil uji korelasi ditemukan bahwa semakin bertambah usia remaja, semakin baik kelekatan anak-teman sebaya. Di sisi lain, bertambahnya usia remaja meningkatkan sikap pacaran dan perilaku pacaran. Remaja dengan ayah yang berpendidikan tinggi memiliki kemampuan lebih baik untuk memahami dan men integrasikan nilai nilai agama dalam kehidupan sehari-hari namun juga remaja dengan ayah berpendidikan tinggi memiliki pandangan atau reaksi yang lebih positif terhadap perilaku pacaran serta lebih tinggi perilaku pacaran remaja. Semakin tinggi pendidikan ibu semakin baik kemampuan remaja dalam pemaknaan nilai nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari serta lebih baik. Di sisi lain, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin positif atau baik reaksi remaja terhadap perilaku pacaran dan semakin tinggi pula perilaku pacaran remaja. Sikap dan perilaku pacaran remaja akan semakin tinggi jika pendapatan ayah dan ibu juga tinggi. Ayah dengan status pekerja akan lebih meningkatkan kedekatan anak orang tua. Namun, ibu yang bekerja akan meningkatkan perilaku pacaran remaja. Berdasarkan hasil analisis SEM, ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan kecerdasan spiritual dengan sikap pacaran. Hal ini menandakan bahwa sikap pacaran remaja tidak ditentukan oleh tingkat kecerdasan spiritual remaja. Namun, kecerdasan spiritual memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku pacaran dan kepribadian. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan spiritual remaja, semakin baik kepribadian remaja namun juga semakin meningkat perilaku pacaran remaja. Selain itu, kepribadian berhubungan negatif signifikan terhadap sikap pacaran di mana semakin baik pribadi remaja maka semakin rendah atau negatif pandangannya terhadap perilaku pacaran. Kelekatan anak-orang tua yang aman dapat meningkatkan kecerdasan spiritual remaja dan menurunkan sikap remaja terhadap perilaku pacaran. Selanjutnya, sikap pacaran berpengaruh signifikan terhadap perilaku pacaran. Hal ini menunjukkan semakin positif reaksi atau pandangan remaja terhadap perilaku pacaran, semakin meningkatkan perilaku pacaran remaja. Berdasarkan temuan dalam penelitian kelekatan orang tua melalui sikap pacaran berpengaruh signifikan terhadap perilaku pacaran, dan kecerdasan spiritual berpengaruh langsung kepada pacaran. Oleh karena itu, orang tua sebagai microsystem utama yang kontribusi terhadap perkembangan anak diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan spiritual dengan membangun komunikasi positif dan diskusi terkait pemahaman agama yang meningkatkan mecerdasan spiritual. Selain itu, Pondok Pesantren melakukan pembinaan karakter secara terstruktur dan berkelanjutan yang menekankan pada pengembangan pribadi, disiplin diri, dan bertanggung jawab. Membangun sinergi orang tua dan pondok pesantren secara aktif baik dalam mendukung kebijakan dan upaya untuk menciptakan nilai nilai yang diajarkan pesantren di rumah. Serta orang tua aktif dalam evaluasi dan monitoring secara berkala terhadap kebijakan program yang telah diimplementasikan. Penelitian berikutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan berbagai perbaikan dan variasi dengan mengeksplorasi faktor-faktor lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap sikap dan perilaku pacaran pada remaja.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKecerdasan Spiritual, Kelekatan Anak-Orang Tua, Anak-Teman Sebaya, Kepribadian terhadap Sikap dan Perilaku Pacaran Santriid
dc.title.alternativeSpiritual Intelligence, Child-Parent Attachment, Child-Peer Attachment, Personality on Attitudes and Dating Behavior of Santri
dc.typeTesis
dc.subject.keywordKecerdasan Spiritualid
dc.subject.keywordKelekatan Anak-Orang Tuaid
dc.subject.keywordKelekatan Anak-Teman Sebayaid
dc.subject.keywordKepribadianid
dc.subject.keywordSikap Pacaranid
dc.subject.keywordPerilaku Pacaranid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record