Kerentanan Usahatani Garam Rakyat di Desa Bungko Lor Kabupaten Cirebon

Abstract

Menurut Kementerian Kelautan Perikanan RI, Desa Bungko Lor merupakan lokasi prioritas pengembangan Sentra Ekonomi Garam Rakyat di Kabupaten Cirebon. Terdapat perbedaan metode yang digunakan oleh petani garam rakyat dalam memproduksi garam di Desa Bungko Lor yang sama-sama memiliki kerentanan terhadap variabilitas cuaca. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi petani dalam memilih metode yang digunakan, mengestimasi pendapatan petani garam tradisional dan petani garam geomembran, dan menganalisis kerentanan usahatani garam rakyat di Desa Bungko Lor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Livelihood Vulnerability Index (LVI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani dalam memilih metode bertani yaitu pernah mengikuti sosialisasi, lama bertani, pernah mendapat bantuan, dan harga garam di tingkat petani. Rata-rata pendapatan petani garam tradisional sebesar Rp 20.242.353/tahun dan petani geomembran sebesar Rp 24.196.874/tahun. Hasil tingkat kerentanan usahatani terhadap variabilitas cuaca memperlihatkan bahwa petani dengan kedua metode secara keseluruhan memiliki nilai kerentanan berskala tingkat menengah.

According to the Indonesian Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, Bungko Lor Village is a priority location for developing the People's Salt Economic Center in Cirebon Regency. There are different methods used by smallholder salt farmers in producing salt in Bungko Lor Village, both of which are vulnerable to weather variability. The aim of this research is to identify factors that influence farmers in choosing the methods used, estimate the income of traditional salt farmers and geomembrane salt farmers, and analyze the vulnerability of salt farming in Bungko Lor Village. The methods used in this research is the Livelihood Vulnerability Index (LVI). The results of the research show that the factors that influence farmers' decisions in choosing farming methods are having participated in socialization, years of farming, having received assistance, and the price of salt at the farmer level. The average income for traditional salt farmers is IDR 20.242.353/year and geomembrane farmers is IDR 24.196.874/year. The results of the level of vulnerability of farming to weather variability show that farmers using both methods overall have medium level vulnerability values.