Show simple item record

dc.contributor.authorSitanggang, Veronika Eka
dc.date.accessioned2010-05-07T09:24:26Z
dc.date.available2010-05-07T09:24:26Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15452
dc.description.abstractAFTA merupakan wujud kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk menciptakan suatu kawasan perdagangan bebas dan meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN serta menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008). Kemudian dipercepat pencapaiannya menjadi tahun 2002. Melalui pemberlakuan Tarif Efektif Bersama (CEPT- Common Effective Preferential Tariif) untuk AFTA, diharapkan hambatan-hambatan perdagangan diantara anggota ASEAN baik berupa hambatan tarif maupun non tarif dapat dihapuskan sehingga bisa meningkatkan perdagangan diantara negara anggota. Pemberlakuan skema CEPT mencakup produk-produk industri dan pertanian baik yang berupa bahan mentah ataupun dalam bentuk olahan. Sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai penghasil bahan baku bagi industri juga merupakan penyerap tenaga kerja serta penghasil devisa bagi negara. Salah satu produk pertanian yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah biji kakao. Indonesia merupakan negara penghasil sekaligus pengekspor biji kakao terbesar nomor tiga di dunia saat ini. Sedangkan di posisi pertama dan kedua ditempati oleh Pantai Gading dan Ghana. Dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2007, Indonesia telah mengekspor biji kakao ke negara anggota ASEAN yakni Malaysia, Singapura, dan Thailand. Perkembangan permintaan ekspor di ketiga negara tersebut mengalami fluktuasi, kadang meningkat kadang juga menurun. Untuk permintaan ekspor biji kakao Indonesia di negara Malaysia cenderung meningkat dari tahun 1989 sampai tahun 2007. Namun, permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Singapura dan Thailand cenderung menurun dari tahun 1989 sampai tahun 2007. Fluktuasi permintaan ekspor biji kakao ini diduga disebabkan oleh fluktuasi beberapa faktor yang mempengaruhinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam skema CEPT-AFTA dan juga mengidentifikasi bagaimana pengaruh skema CEPT-AFTA terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia di ketiga negara tersebut. Penelitian ini akan menggunakan analisis regresi data panel dengan metode pooled OLS untuk melihat faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan pada permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand serta mengetahui pengaruh skema CEPT-AFTA. Data dependen yang digunakan adalah volume permintaan ekspor biji kakao Indonesia di ketiga negara tersebut. Sedangkan untuk data independen yang digunakan adalah GDP per kapita riil ketiga negara tujuan, populasi ketiga negara tujuan, harga biji kakao di pasar internasional, harga biji kakao di negara tujuan, nilai tukar riil negara tujuan, dan ekspor olahan negara tujuan. Dan untuk variabel dummy yang digunakan adalah implementasi skema CEPT-AFTA. Data-data yang digunakan adalah dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga biji kakao di pasar internasional, harga biji kakao di negara tujuan, dan ekspor olahan negara tujuan berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand pada taraf lima persen. Sedangkan variabel dummy CEPT-AFTA menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah implementasi CEPT-AFTA, permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand adalah berbeda nyata. Adjusted R2 pada penelitian ini sebesar 96,45 persen yang berarti bahwa perubahan pada permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand sebesar 96,45 persen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model. Dari hasil penelitian ini, diharapkan pemerintah dan stake holder mempertimbangkan potensi volume ekspor produk olahan kakao negara importir dalam rangka meningkatkan permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Selain itu faktor mutu dan produktivitas tanama kakao juga perlu ditingkatkan, karena harga biji kakao terkait erat dengan mutu biji kakao tersebut. Harga biji kakao di pasar internasional juga perlu diperhaikan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perubahan volume permintaan ekspor biji kakao Indonesia.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam Skema CEPT-AFTAid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record