Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang Minamas Plantation, Sime Darby Group, Musi Rawas, Sumatera Selatan.
Abstract
Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, baik terhadap kualitas sumber daya alam (berupa pencemaran), kuantitas sumber daya alam (berupa pengurasan) maupun lingkungan hidup (aspek sosial). Hal tersebut disebabkan oleh bobot limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah. Pencemaran yang ditimbulkan dari industri kelapa sawit dan mempertimbangkan potensi bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa sawit, menuntut suatu perkebunan kelapa sawit untuk mengelola limbahnya. Langkah tersebut merupakan merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu pemanfaatan limbah dari PKS adalah pemanfaatan limbah sebagai pupuk. Ada dua jenis limbah yaitu limbah cair yang dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent) dan limbah padat berupa janjangan kosong dan solid basah (wet decanter solid). Kegiatan magang dilakukan di Kebun Sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang, Minamas Plantation, Sime Darby Group, Sumatera Selatan bertujuan untuk menambah pengalaman serta meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit, meningkatkan keterampilan mahasiswa dengan melakukan proses kerja nyata, mengidentifikasi setiap permasalahan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya pengelolaan limbah kelapa sawit yang berhubungan dengan aspek budidaya. Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah dengan melakukan praktik kerja langsung di lapangan, penulis turut kerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan atas izin perusahaan, pengamatan langsung di lapangan menyangkut efektifitas pemanfaatan limbah, dan diskusi dengan pihak kebun. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun dengan meminta izin kepada manajer kebun. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan hasil sampingan (by product) berupa janjangan kosong dapat meningkatkan proporsi akar tersier kelapa sawit, yang merupakan akar absorbsi. Selain itu penggunaan JJK sebagai mulsa dapat menurunkan/menekan penutupan gulma di areal aplikasi. Pemanfaatan hasil sampingan dari industri kelapa sawit masih memerlukan kontrol/pengawasan yang lebih intensif untuk mencapai efektifitas pemanfaatan hasil sampingan yang lebih optimal. Tindakan perawatan untuk tempat land application limbah cair (flat bed) perlu diintensifkan lagi. Saran penulis untuk PT Bina Sains Cemerlang menyangkut pengelolaan hasil sampingan dari industri ini adalah penerapan teknologi kompos dengan memanfaatkan JJK dan limbah cair sebagai bahan dasar.

