Pengembangan Hutan Kota Bekasi "Eduforest" Berdasarkan Potensi Jasa Lingkungan Pengaturan Iklim dan Kultural
Date
2024Author
Saninah, Tsamarah Nada
June, Tania
Hermawan, Rachmad
Setiawan, Yudi
Metadata
Show full item recordAbstract
Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai pengembangan kota yang merupakan bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang salah satunya dilakukan di Kecamatan Setu dan dapat beresiko menimbulkan pulau bahang kota. Keberadaan hutan kota dapat memberikan kontribusi dalam penyedia jasa lingkungan pengaturan iklim yang dapat menurunkan suhu dan menyimpan cadangan karbon. Jasa lingkungan kultural hutan kota juga merupakan salah satu jasa lingkungan yang berperan dalam pelestarian dan pendidikan bagi masyarakat. Tujuan penelitian adalah menilai potensi hutan kota dalam penyedia jasa lingkungan pengaturan iklim, mengestimasi pengembangan potensi hutan kota dalam penyedia jasa lingkungan pengaturan iklim, menganalisis potensi hutan kota dalam penyedia jasa lingkungan kultural, serta merumuskan pengembangan Hutan Kota Bekasi “Eduforest” sesuai potensi jasa lingkungannya hingga 30 tahun kedepan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung yang dimulai dari pengambilan data citra untuk mendapatkan NDVI, pengambilan data suhu dan kelembapan udara, pengambilan data suhu permukaan, Indeks Luas Daun, pengukuran diameter untuk menduga cadangan karbon dan biomassa di atas permukaan tanah, studi literatur, kuesioner dan wawancara dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan NDVI terendah adalah 0,21 dengan kategori tidak bervegetasi dan tertinggi adalah 0,921 dengan kategori kerapatan vegetasi tinggi. Rata-rata suhu udara dan kelembapan relatif sebesar 30,88 oC dan 66,09%, THI sebesar 27,27 yang berarti tidak nyaman, serta suhu rata-rata permukaan sebesar 33,87 oC. Analisis cadangan karbon di hutan kota sebesar 156,02 ton/ha dan serapan CO2 sebesar 572,60 ton/ha. Tahun 2027, prediksi cadangan karbon sebesar 278,74 ton/ha, dengan serapan CO2 sebesar 1.022,99 ton/ha. Tahun 2032, prediksi cadangan karbon sebesar 666,42 ton/ha, dengan serapan CO2 sebesar 2.445,75 ton/ha. Tahun 2037, prediksi cadangan karbon sebesar 1.189,15 ton/ha, dengan serapan CO2 sebesar 4.364,19 ton/ha. Tahun 2052, prediksi cadangan karbon sebesar 2.084,80 ton/ha, dengan serapan CO2 sebesar 7.651,23 ton/ha. Potensi Hutan Kota Bekasi “Eduforest” dalam penyedia jasa lingkungan kultural dapat dilihat pada fungsi edukasi, rekreasi, dan estetika. Pengembangan Hutan Kota Bekasi “Eduforest” hingga 30 tahun kedepan dapat dilihat pada potensi cadangan karbon dan serapan CO2. Upaya perawatan dan penambahan jenis dapat menjadikan hutan kota sebagai lokasi tata ruang untuk mitigasi perubahan iklim. Pengembangan dengan fokus kepada jasa lingkungan kultural bisa dilakukan dengan pemberian informasi, pelatihan, dan penyuluhan yang masif berupa papan interpretasi dan informasi. Menciptakan atraksi wisata seperti wisata terapi kesehatan, wisata edukasi, wisata kuliner, dan wisata bentang alam, serta melakukan perbaikan dan pengayaan sarana prasarana untuk menunjang aktivitas pengunjung di hutan kota. Setu District, Bekasi Regency is an area designated for urban
development which is part of the National Activity Center. One of the cities is
being carried out in Setu District and might risk creating Urban Heat Island. The
existence of urban forests could contribute to providing climate regulation
environmental services that might reduce temperatures and carbon stock. Cultural
environmental services play a role in preserving and educating the community.
The research aimed to assess the potential of the urban forest in provided climate
regulation environmental services, estimate the potential development of urban
forest in provided climate regulation environmental services, analyze the
potential of urban forest in provided cultural environmental services, also design
the development of Bekasi “Eduforest” Urban Forest according to its
environmental service potential until the next 30 years. Data collection was
carried out by direct observation starting from image data collection to obtained
NDVI, temperature and humidity data collection, surface temperature data
collection, Leaf Area Index, diameter measurements to estimated aboveground
biomass and carbon stock, literature studies, questionnaires and interviews using
a purposive sampling technique.
The results showed that the lowest NDVI was 0,21 categorized as non
vegetation and the highest was 0,921 categorized as dense vegetation. The
average of air temperature and relative humidity were 30.88oC and 66,09%, THI
was 27.27 which means uncomfortable, and an average surface temperature of
33,87oC. Analysis of carbon stocks in urban forest was 572,60 tonnes/ha and CO2
uptake was 572,60 tonnes/ha. In 2027, the predicted carbon stock was 278,74
tonnes/ha, with a CO2 uptake of 2.445,75 tonnes/ha. In 2037, the carbon stock
predicted was 1.189,15 tonnes/ha, with a CO2 uptake of 4.364,19 tonnes/ha. In
2052, the carbon stock predicted was 2.084,80 tonnes/ha, with a CO2 uptake of
7.651,23 tonnes/ha. The potential of Bekasi “Eduforest” Urban Forest for the next
30 years could be seen in the potential for carbon stock and CO2 absorption.
Maintained and added species could make urban forests a spatial location for
mitigated climate change. Development with a focus on cultural environmental
services might be carried out by provided massive information, training and
counseling in the form of interpretation and information boards. Showcasing
tourist attractions such as health therapy tourism, educational tourism, culinary
tourism and landscape tourism, as well as rep
