Show simple item record

dc.contributor.authorRahmina, Tia
dc.date.accessioned2010-05-07T07:46:00Z
dc.date.available2010-05-07T07:46:00Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15248
dc.description.abstractKrisis keuangan global 2007 ini semakin menyadarkan negara-negara ASEAN mengenai pentingnya penguatan kerjasama keuangan dan moneter di kawasan Asia. Penguatan tersebut diantaranya dengan mem-peg mata uang regional mereka di bawah monetary union namun tetap mem-float-nya dengan mata uang dunia. Kesesuaian bergabung ke dalam currency union salah satunya bergantung pada tingkat korelasi siklus bisnis dengan negara anggota lainnya. Semakin mirip siklus bisnis negara-negara tersebut maka akan semakin memungkinkan untuk membentuk rezim nilai tukar bersama. Pada penelitian ini akan dibahas korelasi siklus bisnis yang terjadi antara negara-negara ASEAN+3 terhadap dua negara benchmark yaitu Singapura dan Jepang serta Amerika sebagai kontrol. Pembahasan akan dibagi menjadi dua pendekatan, pendekatan pertama yakni membahas sinkronisasi siklus bisnis menggunakan metode korelasi sedangkan bagian kedua akan membahasnya menggunakan analisis IRF dan DFEV menggunakan VAR. Bahasan mencakup, pertama akan dibahas contemporaneous correlation siklus bisnis diantara negara ASEAN+3 terhadap Singapura, Jepang dan Amerika. Bagian kedua membahas pergerakan lead/lag antara dua siklus bisnis. Bagian ketiga membahas sinkronisasi siklus bisnis antara dua siklus yakni siklus bisnis negara ASEAN+3 terhadap Singapura, Jepang dan Amerika. Bagian empat membahas respon siklus bisnis ASEAN+3 terhadap guncangan siklus bisnis Singapura, Jepang, Amerika dan Indonesia, serta respon Indonesia atas guncangan ASEAN+3. Terakhir, pada bagian lima membahas kontribusi siklus bisnis diantara negara-negara ASEAN+3 dalam menjelaskan fluktuasi siklus bisnis di ASEAN+3. Penelitian ini menggunakan data sekunder time series periode Januari 1993 sampai September 2008 melalui proksi variabel IPX negara-negara ASEAN+3 (Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Jepang dan Korea Selatan) serta Amerika. Proses detrending dilakukan menggunakan Hodrick-Prescott Filter. Komponen siklikalnya dianalisis menggunakan metode correlation, cross correlation dan vector autoregression (VAR) yang dikombinasikan dengan error correction model (ECM). Berdasarkan analisis korelasi siklus bisnis, hasil yang didapat yaitu sebagian besar negara ASEAN+3 memiliki siklus bisnis yang dekat dengan Singapura, namun belum tentu dekat dengan Jepang. Disamping itu, ASEAN+3 memiliki tingkat pergerakan siklus bisnis yang lebih sama dengan Singapura dibanding dengan Jepang, sehingga dapat dikatakan bahwa sinkronisasi siklus bisnis ASEAN+3 ini cenderung lebih sinkron dengan Singapura dibandingkan dengan Jepang. Berdasarkan analisis IRF hasil yang didapat yaitu negara-negara ASEAN+3 lebih cenderung merespon guncangan yang berasal dari Singapura dibandingkan Jepang walaupun masih terjadi guncangan yang bersifat asimetris atas guncangan siklus bisnis Singapura sehingga dapat dikatakan bahwa Singapura lebih memiliki kesinkronan dengan ASEAN dibandingkan Jepang-ASEAN. Berdasarkan analisis DFEV dapat dikatakan bahwa pada periode pra-krisis, Korea, Singapura dan Malaysia memenuhi kandidat OCA sedangkan pada pasca-krisis negara yang memenuhi kandidat OCA adalah Indonesia, Thailand dan Jepang.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleSinkronisasi Siklus Bisnis di antara Negara-Negara ASEAN+3id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record