Persepsi pekerrja industri terhadap tingkat pendidikan anak pada masyarakat transisi agraris ke industri : Kasus pada pekerja industri di Desa Karang Asem Barat, Kec. Citeureuo, Kab. Bogor, Jawa Barat
Abstract
Pendidikan merupakan salah satu tolok ukur tingginya kualitas sumberdaya manusia dan dapat menentukan jenis pekerjaan apa yang dapat diperoleh seseorang dengan jenis pendidikan yang didapatnya. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seseorang secara formal merupakan faktor yang penting karena memberikan kondisi yang sangat menunjang dalam perkembangan segala aspek kepribadian manusia.
Keluarga yang merupakan salah satu lembaga primer dalam kehidupan, memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan kepada anak. Dalam melihat tinggi/rendahnya pendidikan anak sangat ditentukan oleh bagaimana keluarga itu memandang pendidikan dan juga faktor-faktor lain seperti lingkungan sosial (lingkungan kerja, lingkungan keluarga, dan lingkungan desa).
Pandangan/persepsi pekerja industri terhadap tingkat pendidikan anak dalam hal ini dilihat dari karakteristik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Karakteristik yang berasal dari dalam diri pekerja industri antara lain adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan faktor luar seperti pengaruh lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan desa, lingkungan keluarga dan lingkungan kerja.
Selain itu nilai anak yang berkaitan dengan fungsi anak bagi orang tua atau kebutuhan-kebutuhan orang tua yang dapat dipenuhi oleh anak juga berpengaruh dalam melihat persepsi pekerja industri terhadap tingkat pendidikan anak. Nilai anak ini bagi suatu keluarga akan berbeda-beda. Ini karena dipengaruhi oleh karakteristik dari masing-masing orang tua. Nilai anak meliputi 1) Nilai ekonomi, dimana anak sebagai aset tenaga kerja yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga atau beban ekonomi keluarga, 2) Nilai psikologi, anak sebagai sumber hiburan bagi orang tua, dan 3) Nilai sosial, anak sebagai sumber ketentraman dan jaminan di hari tua.
Dari sisi umur, responden yang berumur muda dan berumur tua sama-sama menilai ekonomi anak tinggi artinya kedua responden sama-sama menganggap anak memiliki nilai ekonomi yang dapat menambah pendapatan keluarga dan membantu adik-adiknya. Selain itu responden juga menganggap anak sebagai beban ekonomi keluarga. Responden muda memiliki persepsi yang tinggi terhadap tingkat pendidikan anak dibandingkan responden tua, karena selain lebih optimis untuk menyekolahkan anak juga menginginkan pendidikan anaknya lebih tinggi darinya. Untuk tingkat pendidikan, responden yang berpendidikan tinggi, sedang dan rendah hampir sama menilai ekonomi anak tinggi. Ini menunjukkan bahwa responden mengharapkan bantuan ekonomi dari anak dan merasa anak sebagai bbeban yang kebutuhannya harus dipenuhi. Responden yang pendidikannya tinggi dan sedang persepsinya tinggi pada pendidikan anak karena mereka lebih optimis untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi berbeda dengan responden yang berpendidikan rendan….dst