| dc.description.abstract | Kapal kayu masih mendominasi kapal-kapal penangkap ikan di Indonesia. Hal ini dapat dipahami dari keadaan geografis, ketersediaan dan keterbatasan sumberdaya alam kayu (berbagai jenis kayu tumbuh di daerah tropis) di Indonesia serta harga murah dalam pembuatannya. Kurang lebih 95% kapal ikan tradisional yang beroperasi di perairan Indonesia pada umumnya kurang memenuhi kriteria stabilitas yang ditetapkan oleh International Maritime Organization (IMO).
Masalah yang dihadapi oleh industri galangan kapal dalam negri dalam membangun kapal adalah belum adanya kepercayaan yang bulat dari perusahaan perikanan kepada galangan untuk membangun kapal-kapal tersebut. Hal ini disebabkan karena informasi tentang pengoperasian kapal yang baik tidak dapat diperoleh galangan dengan baik (Warta Mina, 1989).
Dalam penelitian ini dilakukan analisa terhadap stabilitas kapal khususnya kapal tuna longline 60 GT. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian terhadap stabilitas kapal ini dapat memperkecil resiko kesalahan dalam operasi penangkapan ikan dan keselamatan kapal, barang serta ABK (Anak Buah Kapal).
Kapal tuna longline 60 GT yang diteliti memiliki LOA 23.20m, LPP 18.45m, lebar (B) 5.10m, dalam (D) 2.20m dan draft 1.70m. Sedangkan perbandingan nilai L/B, L/D dan B/D masing-masing adalah 3.62 m, 8.39 m dan 2.32 m. Nilai standar yang digunakan bagi kapal-kapal yang memiliki panjang ± 20 m adalah L/B 4.30 4.90 m, L/D 8.50-9.50 m dan B/D 1.90-2.30 m. Berdasarkan nilai standar tersebut maka nilai L/B, L/D dan B/D kapal yamg diteliti masih dibawah nilai standar. Nilai L/B yang kecil akan berpengaruh negatif terhadap kecepatan kapal sedangkan nilai L/D yang kecil akan menyebabkan kekuatan memanjang kapal kurang baik dan nilai B/D kapal yang besar akan menyebabkan stabilitas kapal yang baik.... | id |
