Pengusahaan jeruk di daerah karangpawitan kabupaten daerah tingkat II garut
Abstract
Sebelum tahun 1915 tanaman jeruk (Citrus sp.) di Jawa dan daerah lain di Indonesia diperbanyak dengan biji dan atau cangkokan. Sejak tahun 1920 perbanyakan jeruk dilakukan pula dengan okulasi pada batang bawah Rough Lomon dan sejenis mandarin lokal yang disebut Japanse Citroen.
Dengan perbanyakan tersebut diatas, perkembangan penanaman pohon jeruk di Indonesia umumnya dan di daerah Garut khususnya setiap tahunnya semakin meningkat. Pada tahun 1926 tanaman jeruk di daerah Garut berjumlah 55.000 pohon dan meningkat menjadi 243.000 pohon pada tahun 1959, walaupan sebenarnya, menurut laporan Dinas Pertanian Rakyat Propinsi Jawa Barat sejak tahun 1936 tanaman jeruk telah mengalami penurunan produksi dibanding hasil tahun-tahun sebelum nya. Kemerosotan produksi tersebut terus berlangsung sampai sant diketemukannya penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVFD) pada tahun 1964. Akhirnya, diketahui bahwa kemerosotan tersebut tidak saja pada produksinya tetapi juga jumlah pertanamannya.
Di daerah Karangpawitan pada tahun 1965 terdapat 119.237 pohon Jeruk. Serangan CVL sampai tahun 1969 menurunkan jumlah tanaman hingga 12.961 pohon. Melalui program rehabilitasi tanaman jeruk di daerah Garut 1972, pohon jeruk daerah Karangpawitan pada tahun 1976 memingkat kembali menjadi 133.925 pohon. Pada tahun 1979 tercatat 196.600 pohon dari berbagai jenis C. reticulata, dengan perincian 190.450 pohon telah berproduksi dan 6.150 pohon belum menghasilkan. ...