Analisis usahatani dan tataniaga melati di desa Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, Jawa tengah
View/ Open
Date
1999Author
Sathori, Cecep Achmad
Hendrakusumaatmadja, Sutara
Metadata
Show full item recordAbstract
Melati (Jasminum sambac) merupakan komoditas tanaman hias yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia, memiliki berbagai kegunaan dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Dalam penggunaannya melati dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu bentuk kuntum untuk industri, bunga tabur serta kosmetika, dan dalam berbagai macam bentuk rangkaian yang digunakkan untuk dekorasi. Industri yang telah memanfaatkan bunga melati sebagai salah satu bahan bakunya ialah industri teh wangi.
Menurut Dondy, ASB et al (1996) permintaan bunga melati untuk kota-kota besar cukup tinggi dan mempunyai prospek yang cukup baik untuk pasaran ekspor, meskipun saat ini baru mencapai Singapura. Keragaan pasar bunga melati di Singapura cukup baik, terlihat dari permintaan bunga melati pada hari-hari besar bisa mencapai 5-6 kali dibanding dengan hari-hari biasa yaitu hampir satu ton per hari. Sedangkan pada hari biasa hanya 100-200 kg per hari. Akan tetapi kualitas melati Indonesia masih kalah dibandingkan kualitas melati negara lain seperti Thailand, sehingga harga melati Indonesia lebih rendah.
Permasalahan usahatani melati yang perlu ditanggulangi cukup banyak antara lain bagaimana meningkatkan produksi, pengendalian hama dan penyakit, stabilitas harga, serta penanganan pasca panen. Masalah Usahatani dan pemasaran melati harus dicari
peyelesaiannya secara sinergis dan bersama-sama. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan usahatani melati, pendapatan petani melati dan sistem tataniaga yang berlaku serta efisiensi sistem
tataniaga melati, khususnya di Kabupaten Pemalang.
Praktek lapang ini dilakukan di daerah Pemalang, Jawa Tengah pada bulan Oktober sampai November 1998. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan diskusi langsung dengan petani atau pengusaha teh wangi, instansi dan berbagai pihak terkait lainnya melalui kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari informasi berbagai instansi terkait. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah baik secara deskriptif maupun kuantitatif. Analisis yang dilakukan antara lain adalah analisis pendapatan, analisis nilai titik impas, analisis pengembalian modal, analisis kelayakan finansial (Net Present Value, Net Benefit-Cost Ratio, Internal Rate of Return), analisis saluran tataniaga dan
analisis marjin tataniaga. Pada umumnya usahatani melati di daerah Pemalang ini dilakukan secara turun temurun sejak tahun 1970-an dengan menggunakan sistem tradisional yang belum ditunjang penggunaan teknologi yang memadai.
Seperti pada kegiatan produksi lainnya, usahatani melati pada akhirnya akan dinilai dari pendapatannya yang merupakan selisih dari penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan analisis kelayakan secara finansial diperoleh Net Present Value (NPV) Rp 10.234.490,33, Net Benefit-Cost Ratio 2,36, ...