Analisis respon konsumen terhadap strategi pemasaran perusahaan fast food : Kasus paada restoran A&W Bogor dan Jakarta
Abstract
Persaingan yang ketat diantara usaha restoran dewasa ini hanya bisa dihadapi dengan menggunakan strategi pemasaran yang berorientasi kepada konsumen. Oleh karena itu perusahaan seperti restoran waralaba yang menerapkan strategi yang sama untuk beberapa daerah outletnya perlu memperhatikan keefektifan penerapan ini karena belum tentu karakteristik konsumen disuatu daerah akan sama. Selain itu perlu dilihat bagaimana respon konsumen tersebut terhadap strategi pemasaran yang diterapkan, apakah sudah sesuai dengan konsumen.
Dari permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah (1) Menelaah dan membandingkan karakteristik konsumen restoran waralaba dalam hal ini restoran A&W, dan (2) Menelaah dan membandingkan respon konsumen terhadap strategi pemasaran sama yang ditetapkan oleh perusahaan pada dua wilayah yang berbeda.
Penelitian ini dilakukan pada restoran A&W di Bogor dan Jakarta selama 2 bulan, dari Bulan Januari dan Februari 1998. Metode penelitian adalah metode survey dengan menggunakan teknik convenience sampling (sampel kebetulan) dimana jumlah total responden 100 orang dengan jumlah konsumen dimasing masing-masing tempat adalah 50 orang. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasikan dengan menggunakan program minitab dan SAS kemudian disajikan dalam tabel tabulasi silang. Data tersebut diuji dengan menggunakan uji-t yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan respon konsumen Bogor dan Jakarta terhadap strategi pemasaran yang diterapkan restoran A&W.
Pekerjaan konsumen yang dominan di Bogor adalah pelajar dan mahasiswa (54 persen) dan di urutan kedua adalah pegawai swasta (30 persen) sedangkan di Jakarta pekerjaan konsumen yang dominan adalah pegawai swasta (66 persen) dan di urutan kedua adalah pelajar dan mahasiswa (26 persen). Dari segi umur konsumen dengan umur antara 18 sampai dengan 30 tahun merupakan konsumen terbanyak dikedua tempat dan diurutan kedua adalah konsumen dengan umur di bawah 18 tahun. Dari segi pendapatan konsumen Jakarta terlihat mempunyai pendapatan lebih tinggi karena jumlah konsumen yang berpendapatan diatas kategori Rp 500.000,00 sampai dengan Rp 1.000.000,00 per bulan lebih banyak dibandingkan konsumen Bogor.
Konsumen Bogor relatif sensitif terhadap harga, hal ini terlihat dari faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih tempat makan dimana faktor harga menempati urutan kedua yang dipertimbangkan konsumen Bogor. Sedangkan konsumen Jakarta lebih mengutamakan kecepatan pelayanan dan pelayanan yang ramah. Selain itu pengaruh krisis telah menyebabkan frekwensi makan konsumen dikedua tempat cenderung menurun. Penurunan frekuensi makan lebih terlihat pada konsumen Bogor. Hal ini disebabkan konsumen Bogor lebih banyak pelajar dan mahasiswa yang pada umumnya relatif sensitif terhadap harga….dst