Analisis kelayakan investasi budaya tumpang sari tanaman kelapa hibrida dengan kakao : Studi kasus di kebun Cikasungka P. T. Perkebunan XI, Cigudeg Bogor
Abstract
Komoditi perkebunan yang dikembangkan oleh pemerintah untuk menghemat devisa negara atau penghasil devisa diantaranya adalah kelapa dan kakao. Terutama kakao merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan yang dikembangkan pemerintah untuk meningkatkan ekspor dari sektor non migas. Namun saat ini perkakaoan dunia menghadapi permasalahan seperti produksi berlebihan 4,86 persen pertahun, konsumsi yang lamban, stok yang berlebih dan relatif terus bertambah dari tahun ke tahun serta tiadanya pengaturan yang mampu mengendalikan perdagangan dan pasar kakao dunia.
Demikian pula terhadap kelapa walaupun memiliki prospek yang baik yaitu dengan permintaan dari tahun ke tahun yang cenderung meningkat namun harga yang diterima relatif rendah terutama untuk kopra. Sehingga kondisi ini tidak mendorong pertumbuhan produksi yang memadai, akibatnya Indonesia pada tahun 1987 yang sebelumnya pernah menjadi penghasil kelapa terbesar di dunia harus mengimpor kopra.
Peluang yang masih ada, untuk kakao, biaya produksi kakao di Indonesia masih dapat bersaing di pasaran dunia. Ekspor kakao Indonesia dari tahun ke tahun meningkat dengan pesat. Kebutuhan kakao berkualitas baik masih tinggi baik di dalam mau- pun luar negeri. Sedangkan untuk kelapa, terutama kelapa segar permintaannya terus meningkat dari tahun ke tahun dan tidak mendapat saingan yang berarti dari komoditi lain atau dengan kata lain tidak tersubsitusikan. Disamping itu pula, diproyeksikan oleh Bank Dunia bahwa Indonesia kelebihan permintaan terhadap minyak kelapa hingga tahun 2000.