Show simple item record

dc.contributor.authorArisandi, Tanto Dikdik
dc.date.accessioned2010-05-07T07:15:52Z
dc.date.available2010-05-07T07:15:52Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15070
dc.description.abstractKrisis ekonomi yang dimulai tahun 1997 di Indonesia identik dengan carut marutnya industri perbankan. Macetnya fungsi intermediasi yang dijalankan oleh bank menyumbang cukup besar dalam memacetkan perekonomian secara keseluruhan. Tingkat suku bunga kredit yang mencapai 60 persen membuat dunia usaha sangat tercekik. Pemilik modal lebih memilih untuk menyimpan dananya dalam bentuk deposito daripada bersusah-susah berusaha dalam sektor riil. Permasalahan ini masih berlanjut sampai sekarang. Tentu dengan tingkat keparahan yang jauh lebih ringan. Hal ini mengingatkan banyak pihak akan perlunya sebuah alternatif lain selain perbankan dalam fungsi intermediasi permodalan (Bank Indonesia, 2003). Pemotongan fungsi intermediasi perbankan dapat dilakukan untuk mengatasi hal di atas. Instrumen investasi seperti obligasi dan modal ventura banyak langsung ditawarkan oleh institusi bisnis kepada kreditur melalui business plan untuk memperoleh dana melalaui venture capilatist. Namun, berbeda halnya dengan investor perorangan, meskipun ada obligasi atau saham, mereka akan mengalami kesulitan untuk membelinya, karena modal yang mereka miliki tidak mencukupi. Di sinilah peran strategis reksa dana dalam mengumpulkan dana dari investor bermodal kecil. Adanya reksa dana bisa menjembatani kebutuhan usaha untuk memperoleh dana dengan keinginan investor untuk berinvestasi. Maka dilihat dari sudut ini, krisis perbankan justru bukan bencana bagi industri reksa dana, melainkan sebaliknya, merupakan blessing in disguise. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan reksa dana syariah (NAB) di Indonesia periode Januari 2005 sampai dengan Juni 2008 dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan reksa dana syariah di Indonesia selama periode tersebut, serta merumuskan implikasi kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia untuk meningkatkan perkembangan reksa dana syariah. Penelitian ini menggunakan data sekunder kuantitatif, yaitu data bulanan dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), Bank Indonesia (BI) dan Direktorat Perbankan Syariah (DPS) BI. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2005 sampai dengan Juni 2008. Metode pengolahan data menggunakan program Eviews 4.1, dan alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ekonometrika melalui model regresi linear berganda (ordinary least square/ OLS), karena penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh, arah dan hubungan dari variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Dalam penelitian ini OLS digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana syariah. Hasil estimasi persamaan NAB reksa dana syariah menunjukkan nilai koefisien determinasi R-squared sebesar 0,9849 yang menandakan bahwa uji ketepatan perkiraan (goodness of fit) dari model adalah baik. Dari uji serentak melalui uji-F dan uji parsial melalui uji statistik-t menunjukkan pula hasil yang baik. Dapat dilihat dari angka probabilitas statistik yang lebih kecil daripada taraf nyata (α) 5 persen. Artinya, seluruh variabel berpengaruh dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Variabel nilai tukar rupiah, inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah unit reksa dana syariah berpengaruh positif terhadap NAB RDS, artinya setiap kenaikan keempat variabel ini akan meningkatkan NAB RDS. Hanya variabel bonus SWBI yang berpengaruh negatif terhadap NAB RDS, artinya setiap kenaikan variabel bonus SWBI akan menurunkan NAB RDS. Implikasi kebijakan yang harus diambil oleh Bank Indonesia adalah dengan melakukan pengaturan terhadap tiga variabel yang berpengaruh terhadap NAB RDS yaitu tingkat bonus SWBI, tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah. Dari hasil pembahasan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa variabel SWBI merupakan variabel yang memberikan pengaruh terbesar terhadap NAB RDS. Oleh karena itu penting bagi Bank Indonesia untuk menjaga nilai SWBI ini pada level yang stabil. Dengan kata lain Bank Indonesia mengurangi dana yang mengendap di Bank Indonesia dalam bentuk SWBI.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan reksa dana syariah di Indonesia periode 2005-2008id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record