Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh pertanian lapangan (PPL) : Kasus penyuluh lapangan Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Abstract
Penyuluhan pertanian merupakan salah satu strategi penting dalam pembangunan pertanian. Menyadari arti penting penyuluhan bagi kelangsungan pembangunan pertanian, maka pemerintah perlu menetapkan berbagai kebijakan yang berkenaan dengannya. Secara tegas, sejak Repelita I sampai Repelita IV penyelenggaraan penyuluhan pertanian dijadikan faktor pendukung kesuksesan pembangunan pertanian.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) merupakan orang yang berhadapan langsung dengan sasaran penyuluhan pertanian sekaligus orang yang bertanggung jawab terhadap akibat penyuluhan yang diberikannya. PPL sebagai kelompok penyuluh pertanian merupakan aparat yang berada di garis tugas terdepan lembaga penyuluhan pertanian di Indonesia. Dalam sistem kegiatan penyuluhan, kemampuan PPL akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan tujuan penyuluhan pertanian. Dalam kaitannya dengan itu, kinerja PPL merupakan masalah yang menarik untuk dipelajari dan diteliti. Keefektifan kegiatan penyuluhan pertanian dapat ditelaah dari kinerja penyuluh pertanian. Kinerja penyuluh erat kaitannya dengan kualitas kemampuan penyuluh dalam menjalankan tugasnya. Diduga kinerja penyuluh ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dibangun oleh penyuluh itu sendiri, sedangkan faktor ekstenmal dibangun oleh organisasi penyuluhan pertanian.
Sehubungan dengan hal ini, penelitian ini perlu menjawab masalah-masalah sebagai berikut (1) Bagaimana tingkat kinerja PPL dalam melaksanakan peranannya? (2) Bagaimana pengaruh faktor internal penyuluh terhadap tingkat kinerja PPL dalam melaksanakan peranannya? dan (3) Bagaimana pengaruh faktor eksternal/organisasi penyuluhan pertanian terhadap tingkat kinerja PPL dalam melaksanakan peranannya?
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) tingkat kinerja penyuluh dalam melaksanakan peranannya, (2) pengaruh faktor internal terhadap tingkat kinerja PPL dalam melaksanakan peranannya, dan (3) pengaruh faktor eksternal/organisasi penyuluhan pertanian terhadap tingkat kinerja PPL dalam melaksanakan peranannya.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2002. Untuk kepentingan penelitian ini, dipilih tiga wilayah pembangunan yaitu wilayah pembangunan Bogor Barat, Bogor Timur dan Bogor Tengah di Kabupaten Bogor. Wilayah Bogor Barat dipilih dua kecamatan, yaitu kecamatan Leuwiliang, dan Cibungbulang. Wilayah Bogor Timur dipilih satu kecamatan, yaitu kecamatan Cariu. Sedangkan wilayah Bogor Tengah dipilih empat kecamatan, yaitu Kecamatan Ciawi, Caringin, Ciomas, dan Dramaga.
Desain penelitian dilakukan dengan menggunakan survey untuk tingkat kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Kabupaten Bogor. Unit analisis yang diteliti adalah seluruh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Populasi penelitian adalah seluruh PPL yang bertugas di Kabupaten Bogor yang wilayah kerjanya berada di tiap kecamatan dimana lokasi penelitian ini dilakukan. Sampel dipilih sebanyak dari 32 PPL yang dipilih melalui melalui penarikan contoh acak sederhana dimana kerangka sampling diperoleh dari KIPP (Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian). Sampel tersebut terdiri dari lima responden dari Kecamatan Leuwiliang, empat responden dari Kecamatan Ciawi, empat responden dari Kecamatan Dramaga, tiga responden dari Kecamatan Cibungbulang, empat responden dari Kecamatan Ciomas dan Taman Sari, tujuh responden dari Kecamatan Cariu, dan empat responden dari Kecamatan Caringin…dst