Kajian Aspek Reproduksi Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Jantan yang Dipelihara Pada Dua Lingkungan yang Berbeda
View/ Open
Date
2012Author
Dewi, Dina Silvia
Ernawati, Yunizar
Arifiantini, Iis
Metadata
Show full item recordAbstract
Peningkatan populasi manusia menjadikan kebutuhan akan pangan dengan nilai gizi yang tinggi semakin meningkat. Perikanan merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber protein hewani dengan nilai gizi yang tinggi. Ikan patin dinilai aman untuk kesehatan karena memiliki kadar kolesterol yang rendah dibandingkan dengan daging dari ternak. Informasi mengenai kualitas spermatozoa ikan patin, diantaranya aspek morfologi dan morfometri dapat membantu dalam menentukan keberhasilan kegiatan budidaya. Kualitas spermatozoa akan mempengaruhi proses pemijahan guna penyediaan benih ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari perbedaan kualitas spermatozoa pada dua ketinggian (altitude) daerah yang berbeda. Parameter yang digunakan adalah volume, kekentalan, konsentrasi, pH, motilitas, morfologi serta morfometri spermatozoa melalui teknik pewarnaan Carbon fuchsin dan lingkungan perairan seperti DO, suhu dan pH.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2012 di Balai Benih Air Tawar (BBAT) Sukabumi dengan ketinggian 700 dpl dan kolam budidaya di daerah Cinangneng dengan ketinggian 300 dpl. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Unit Rehabilitasi dan Reproduksi (URR), Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan.
Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air di kolam budidaya Sukabumi diketahui bahwa suhu air kolam di Sukabumi lebih dingin (23,63 ± 0,58 °C) dari Cinangneng (29,50 ± 0,61°C), nilai pH air kolam daerah Sukabumi lebih rendah (6,67 ± 0,26) dari Cinangneng (7,17 ± 0,26), nilai DO di Sukabumi lebih rendah (1,79 ± 0,32 mg/l) dari Cinangneng (2,79 ± 0,58 mg/l). Sampel ikan yang digunakan adalah 9 ekor ikan patin. Bobot ikan yang berasal dari daerah Sukabumi lebih besar (3576,67 ± 641,40 g) dari Cinangneng (1733 ± 441,59 g), panjang ikan di Sukabumi lebih panjang (702,839,22 mm) dari Cinangneng (428,90 29,78 mm). Nilai faktor kondisi di Cinangneng lebih besar (1,0241) dari pada ikan patin di Sukabumi (0,7615). Setelah dilakukan uji lanjut dengan selang kepercayaan (SK) 95% dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai DO, pH, bobot dan panjang ikan di dua lokasi tersebut, tetapi tidak ada perbedaan nilai pH air…dst