dc.description.abstract | Pembangunan Pertanian memegang peranan penting dan strategis bagi
setiap Negara, karena menyangkut ”kelangsungan hidup”. Pertanian akan tetap
menjadi sektor penting, walaupun pada masa mendatang share-nya terhadap PDB
atau PDRB serta kontribusinya dalam penyedia lapangan kerja cenderung
menurun, melalui peranannya dalam hal: (1) penyedia bahan pangan; (2) penyedia
lapangan kerja; (3) penyedia bahan baku bagi industri pengolahan dan jasa
perdagangan; (4) sumber pendapatan regional dan penghasil devisa; serta (5)
penjaga kelestarian lingkungan (konservasi lahan, mencegah banjir, penyedia
udara yang sehat serta keramahan-lingkungan). Dalam kontek ketahanan pangan,
petani tanaman padi mempunyai tantangan dan beban yang berat terhadap
ketersediaan pangan bangsa Indonesia, karena sebagian besar penduduk Indonesia
mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, dan kemampuan produksi padi
dalam negeri semakin dituntut untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan,
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan tingkat konsumsi yang
masih tinggi dan tantangan di masa yang akan datang terkait dengan persaingan
dalam pemanfaatan lahan yang semakin menyempit antara sektor pertanian
dengan sektor lainnya. Dalam usaha peningkatan kesejahteraan petani, perlu
adanya kebijakan yang berpihak kepada petani dan adanya insentif bagi petani
agar mau dan mampu bertahan dalam mengembangkan produk pertaniannya.
Kebijakan yang berpihak dan mengakomodasi kepentingan mayoritas akan
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sebagai beneficiaries dari
kebijakan tersebut, namun sebaliknya kebijakan yang tidak berpihak dan
mengabaikan kepentingan mayoritas akan memberikan dampak buruk bagi
kehidupan masyarakat yang kadang berdampak dalam jangka panjang
Untuk melihat keberhasilan pembangunan pertanian, selain data tentang
pertumbuhan ekonomi juga diperlukan data pengukur tingkat kesejahteraan
penduduk khususnya petani. Salah satu proxy indikator yang dapat mengukur
tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) mengetahui struktur dan perkembangan NTP di Kawasan
Timur Indonesia (KTI), serta (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi NTP terendah di KTI. Penelitian ini menggunakan metode Analisis
Deskriptif dan Analisis Data Panel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Sub sektor Tanaman Bahan
Makanan merupakan salah satu penyumbang terbesar PDRB Sektor Pertanian di
KTI sebesar 37,83 %, namun ternyata memiliki NTP sebesar 97,07 pada tahun
2008 dan sebesar 95,77 pada tahun 2009. (2) Faktor yang memengaruhi Nilai
Tukar Petani Sub Sektor Tanaman Pangan di Kawasan Timur Indonesia, antara
lain meliputi: (a) Produktivitas berpengaruh negative terhadap NTP, dengan
elastisitas tiap kenaikan produktivitas sebesar 1 % akan menurunkan NTP
sebesar 0,14.%; (b) Harga gabah berpengaruh positif terhadap NTP, dengan
elastisitas tiap kenaikan harga gabah sebesar 1 % akan menaikkan NTP sebesar
0,16.%; (c) Harga pupuk berpengaruh negatif terhadap NTP, dengan elastisitas
tiap kenaikan harga pupuk sebesar 1 % akan menurunkan NTP sebesar 0,03.%.;
(d) Jam kerja berpengaruh negatif terhadap NTP, dengan elastisitas tiap
tambahan jam kerja sebesar 1 % akan menurunkan NTP sebesar 0,32.%; (e)
Luas Layanan Irigasi berpengaruh negatif terhadap NTP, dengan elastisitas, tiap
kenaikan perluasan layanan sebesar 1 % akan menurunkan NTP sebesar 0,02.%.
Dari hasil penelitian disarankan: (1) Kebijakan HPP masih perlu
dievaluasi efektifitasnya, terutama pada saat panen raya, dikaitkan dengan asaz
tepat waktu dan tepat jumlah. Sangat direkomendasikan penerapan HPP yang
berbeda antarwilayah; (2) Subsidi pupuk beserta penetapan Harga Eceran
Tertinggi masih perlu dievaluasi efektifitasnya, disertai dengan pengawasan dan
evaluasi di lapangan; (3) Berkaitan dengan manajemen stok, kebijakan dalam
jangka pendek lebih difokuskan pada desentralisasi penanganannya pada level
kabupaten atau provinsi untuk memberdayakan fungsi lumbung padi dan
menunda penjualan pada saat musim panen raya. | id |