View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Undergraduate Theses
      • UT - Faculty of Mathematics and Natural Sciences
      • UT - Biology
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Undergraduate Theses
      • UT - Faculty of Mathematics and Natural Sciences
      • UT - Biology
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Pengaruh jumlah subkultur dan pemberian fase istirahat terhadap pertumbuhan kalus tebu (Saccharum officinarum L.)

      Thumbnail
      View/Open
      full text (839.6Kb)
      Date
      2012
      Author
      Suharyo
      Ratnadewi, Diah
      Minarsih, Hayati
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman bernilai ekonomi tinggi penghasil gula. Salah satu upaya peningkatan produktivitas tebu dilakukan dengan perbanyakan dan peningkatan kualitas bibit tebu secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah subkultur pada kemampuan regenerasi kalus dan ketahanan hidup tanaman pada fase aklimatisasi serta pengaruh fase istirahat terhadap kemampuan pemulihan proliferasi kalus tebu secara in vitro. Daun muda menggulung dan kalus tebu subkultur keempat digunakan sebagai bahan pada penelitian ini. Media dasar yang digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS) dengan penambahan 2,4-D 3 mg/l, air kelapa 10%, dan sukrosa 3% untuk tahap inisiasi, MS dengan penambahan BAP 2 mg/l, IAA 0.2 mg/l, air kelapa 10%, dan sukrosa 3% untuk tahap regenerasi. Penelitian pengaruh jumlah subkultur terdiri dari 3 tahap, yaitu inisiasi, regenerasi, dan aklimatisasi, sedangkan penelitian pemberian fase istirahat menggunakan enam media perlakuan dan dua alur subkultur. Hasil penelitian pengaruh jumlah subkultur menunjukkan bahwa subkultur kelima menghasilkan kalus bersifat embrioid (91%), kalus tidak berlendir tertinggi (97%), dan abnormalitas tertinggi (6%). Percobaan pemberian fase istirahat menunjukkan bahwa alur B, yaitu pemberian fase istirahat satu kali empat minggu (4 minggu) lebih baik dibandingkan dengan alur A, yaitu pemberian fase istirahat dua kali empat minggu (8 minggu) berdasarkan bobot basah dan persentase abnormalitas kalus. Pada Alur A dan B, pertumbuhan kalus dapat pulih saat ditumbuhkan kembali pada media normal dan perlakuan fase istirahat 1.5D-MS memberikan pertumbuhan dan penampilan kalus paling baik.
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/147286
      Collections
      • UT - Biology [2398]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository