Show simple item record

dc.contributor.advisorHerudjito, Yayat M.
dc.contributor.authorPrihantoro, Deddy Saptadi
dc.date.accessioned2024-04-19T01:59:17Z
dc.date.available2024-04-19T01:59:17Z
dc.date.issued1993
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146416
dc.description.abstractKebijaksanaan pemerintah mengenai obat tradisional menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, obat tradisional perlu dikembangkan dan digunakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan penggunaan obat modern di Indonesia baru mencakup 52,1 persen (Deptan dalam Balitro, 1989). Pola penggunaan obat tradisional telah mengalami peningkatan dari 19,9 persen pada tahun 1980 meningkat menjadi 23,2 persen pada tahun 1986. Adanya peningkatan dalam penggunaan obat tradisional sejalan dengan semakin dikenalnya slogan back to the nature di kalangan masyara- kat serta semakin banyaknya masyarakat yang mulai mengeta- hui dampak negatif obat modern bila dibandingkan dengan obat tradisional (Depkes, 1986). Semakin meningkatnya penggunaan obat tradisional di kalangan masyarakat luas membuat persaingan di dalam industri jamu tradisional semakin tajam, tidak hanya dalam pemasaran tetapi juga persaingan tentang pengadaan bahan baku. Jahe, temulawak, dan kunyit sebagai simplisia Zingi- beraceae bahan baku jamu terbesar juga mulai meningkat permintaannya. Pengadaan jahe, temulawak, dan kunyit pada PT Jamu Air Mancur tidak hanya mengalami masalah dalam persaingan pengadaan dengan perusahaan jamu lain, tetapi juga masalah mengenai biaya-biaya yang terkait dengan pengadaan jahe itu sendiri seperti biaya penyimpanan maupun biaya investasi persediaan di gudang. Tujuan dari praktek lapang yang dilaksanakan oleh penulis di PT Jamu Air Mancur adalah juga untuk melihat dan menganalisis akibat yang ditimbulkan oleh pengadaan persediaan bahan baku dari famili Zingiberaceae, khusus- nya jahe, temulawak, dan kunyit, terhadap biaya-biaya pemesanan, penyimpanan, dan biaya investasi. Pengendalian persediaan pada PT Jamu Air Mancur untuk periode pengamatan 1990 hingga 1992 ternyata belum optimal. Kondisi belum optimal tersebut ditunjukkan oleh masih cukup besarnya tingkat persediaan jahe, temulawak, dan kunyit kering yang ada di gudang bahan kotor. Tingkat persediaan jahe, temulawak, dan kunyit kering yang besar akan menyebabkan tingginya biaya pengendalian persediaan karena besarnya modal yang tertanam pada persediaan tersebut serta biaya-biaya yang ditimbulkan karena adanya persediaan di gudang (biaya penyimpanan)…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcIndustryid
dc.titleAnalisis pengendalian persediaan bahan baku (Zingiberaceae) pada industri jamu tradisionalid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record