Show simple item record

dc.contributor.advisorHanafiah, T.
dc.contributor.authorHanjoyo, Budi
dc.date.accessioned2024-04-19T01:43:39Z
dc.date.available2024-04-19T01:43:39Z
dc.date.issued1993
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146400
dc.description.abstractProgram transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah tidak hanya sekedar memindahkan penduduk yang padat di JAMBAL (pulau Jawa, Madura dan Bali), te- tapi juga mengandung harapan adanya penyebaran pembangunan yang merata serta peningkatan taraf hidup yang lebih baik. Upaya besar ini tidak terlepas dari adanya resiko, karena program tersebut secara langsung menyangkut diri manusia yang berbeda-beda etnik. Oleh karena itu penyelenggaraan transmigrasi tidaklah berdiri sen- diri, tetapi saling terkait dengan berbagai aspek kehidupan, baik fisik, ekonomi mau- pun sosial budaya. Kaitan dari keseluruhan aspek tersebut akan semakin kompleks jika dihubungkan dengan struktur, norma, serta adat yang beragam yang dibawa oleh transmigran yang berbeda-beda latar-belakang etnik. Pertemuan dari berbagai kera- gaman dalam suatu sistem sosial di daerah transmigrasi tercermin dari bervariasinya interaksi diantara mereka baik selaku individu maupun kelompok. Intensitas interaksi di antara kelompok etnik ditentukan oleh seberapa jauh kontak sosial, komunikasi dan bentuk interaksi yang ada. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan sengaja (purposive), yaitu di empat Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) yang tahun penempatanya berbeda-beda. Langkah berikutnya adalah penentuan contoh yang dilakukan secara acak seder- hana untuk memperoleh masing-masing 20 orang contoh (n) tiap UPT. Dengan demikian diperoleh contoh sebanyak 80 orang, yang terdiri dari etnik Jawa 40 contoh, etnik Bali 20 contoh dan etnik Komering 20 contoh. Melalui pendekatan interaksi, dituntut kemampuan pengenalan dan pemaha- man pola kebudayaan antar kelompok etnik yang satu ke kelompok etnik yang lain- nya. Tingkat pengenalan dan pemahaman ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yai- tu: (1) tingkat pengetahuan, (2) pola sikap dan (3) proses interaksi. Proses interaksi sosial sudah bersifat dua arah, dimana masing-masing pihak telah mengambil manfaat dari proses interaksi tersebut. Untuk komunitas etnik Jawa dan Komering, prakarsa serta kesediaan untuk berinteraksi sosial antar etnik lebih besar dari kelompok etnik Jawa. Untuk komunitas kelompok etnik Jawa dan Bali, prakarsa juga dari kelompok etnik Jawa tetapi kesediaan untuk berinteraksi sosial le- bih besar dari kelompok etnik Bali. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tingkat pengetahuan tentang norma dan adat kebiasaan antar kelompok etnik, untuk etnik Jawa relatif lebih tinggi dibanding- kan kedua etnik yang lain, tetapi dalam penilaian terhadap sikap (skor sikap), untuk kelompok etnik Jawa selalu memberikan nilai yang lebih rendah…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcIntegrationid
dc.titleProses integrasi sosial antar etnik di daerah transmigrasi : Studi kasus di Karang Agung Tengah, Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten DT II Musi Banyuasin, Propinsi DT I Sumatera Selatanid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record