Analisis strategi bersaing komoditi sayuran di PT X, kabupaten Bogor Jawa Barat
Abstract
Iklim tropis Indonesia memungkinkan untuk dikembangkannya komoditi hortikultura. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan kontribusi subsektor hortikultura dalam menanggulangi krisis ekonomi melalui Gema Hortina 2003. Sayuran sebagai salah satu komoditi hortikultura diproduksi luas di Indonesia, khususnya di daerah dataran tinggi.
Ketidakstabilan situasi politik dan ekonomi di dalam dan luar negeri menyebabkan terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar. Kondisi ini menyebabkan harga barang-barang impor meningkat tajam dan barang tersebut sulit ditemui di pasar, termasuk sayuran impor. Meskipun langka, permintaan terhadap sayuran tersebut tetap ada. Untuk memenuhi permintaan tersebut, beberapa produsen sayuran Indonesia mencoba untuk membudidayakan beberapa jenis sayuran impor di Indonesia seperti paprika, lettuce, dan sayuran jepang. Usaha tersebut berhasil. Sayuran subsitusi impor ini memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan sayuran lokal. Beberapa produsen sayur berhasil melakukan ekspor ke Jepang, Taiwan, dan Singapura.
PT X adalah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan sayuran dengan teknik budidaya hidroponik. PT X memasarkan produknya di dalam negeri dan melakukan ekspor ke Taiwan, Hongkong, dann Jepang. Di negara tujuan ekspor, PT X menghadapi persaingan yang ketat dari produsen Cina, Eropa, dan Taiwan. Adapun kondisi internal perusahaan, PT X sedang mengalami transisi manajemen dari sistem manajemen keluarga ke arah manajemen yang profesional. Oleh karena itu PT X memerlukan strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan internal dan persaingan eksternal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi bersaing yang dapat diterapkan oleh PT X. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak manajemen PT X. Data sekunder diperoleh dari laporan dan dokumen perusahaan serta data-data dari Departemen Pertanian dan Badan Pusat Statistik. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan matriks IFE dan EFE, matriks IE dan SWOT, dan PHA…dst