Show simple item record

dc.contributor.advisorTampubolon, S. M. H.
dc.contributor.authorIrawati, Desiree
dc.date.accessioned2024-04-16T03:16:49Z
dc.date.available2024-04-16T03:16:49Z
dc.date.issued1996
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145820
dc.description.abstractUntuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dalam konsumsi gula, menjelang akhir Pelita III Pemerintah menempuh beberapa langkah kebijaksanaan yang meliputi empat program, yaitu rehabilitasi dan perluasan kapasitas pabrik gula di Jawa, pembangunan pabrik-pabrik gula di luar Jawa, peningkatan program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) dan stabilisasi harga gula dalam negeri. Dengan langkah tersebut produksi gula nasional mengalami peningkatan dari 1,7 juta ton pada tahun 1984 meningkat menjadi 2,5 juta ton pada tahun 1994. Walaupun konsumsi dalam negeri sebesar 2,9 juta ton (tahun 1994) belum seluruhnya terpenuhi dan harus dilakukan impor. Komitmen Indonesia dalam menurunkan proteksi terhadap produk tebu dan gula berdasarkan hasil perundingan Putaran Uruguay, 15 September 1994 di Marrakesh Maroko, yang resmi diberlakukan sejak bulan Januari 1995 adalah mengikat tarif pada tingkat 110 persen yang akan dikurangi menjadi 95 persen tahun 2015, serta tetap mengatur impor melalui BULOG. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari apakah pabrik gula sudah beroperasi secara efisien dalam peningkatan produksinya dan apakah komoditi gula Indonesia dapat bersaing dengan produk impor setelah adanya GATT. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk, (1) mempelajari hubungan antara produksi dan faktor produksi dalam suatu pabrik gula dengan mengambil Pabrik Gula Kadhipaten, Majalengka, dan (ii) mengetahui apakah penggunaan faktor produksi pada usaha produksi tebu telah sesuai dengan kaidah optimalisasi. Penelitian ini menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang dianalisis menggunakan regresi linier berganda, dan diperoleh hasil bahwa tenaga kerja, bibit serta pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi tebu di PG. Kadhipaten. Dengan uji skala usaha dan penjumlahan elastisitas produksi (Eb₁) didapat bahwa proses produksi PG. Kadhipaten berada dalam skala usaha yang menaik (increasing return to scale). Rasio Nilai Produksi Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) faktor-faktor produksi tidak ada yang sama. Hasil ini menandakan produksi PG. Kadhipaten belum memenuhi kaidah optimalisasi dalam penggunaan faktor produksi…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEfisiensi dan prospek pabrik gula Indonesia : Studi kasus pabrik gula Kadhipaten, Majalengkaid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record