Show simple item record

dc.contributor.advisorSanim, Bunasor
dc.contributor.authorHermanto, Bambang
dc.date.accessioned2024-04-04T02:27:43Z
dc.date.available2024-04-04T02:27:43Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145298
dc.description.abstractKonsumsi gula pasir dari waktu ke waktu mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan pendapatan dan kesejahteraan. Sementara pergerakan volume produksi dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan gap antara produksi dan konsumsi gula pasir semakin melebar dan ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya impor gula pasir. Dalam rangka kesiapan industri gula pasir gula nasional menghadapi era perdagangan bebas maka masalah di atas merupakan salah satu pendorong diperlukannya deregulasi dalam ekonomi pergulaan nasional. Deregulasi dilakukan mulai dari subsistem produksi usahatani, pengolahan (pabrik gula) sampai pada tataniaganya. Tujuan adanya deregulasi ini adalah untuk menciptakan efisiensi dan produktivitas yang lebih tinggi dalam industri gula nasional. Salah satu deregulasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menghapuskan monopoli Bulog atas tataniaga gula pasir. Kebijakan ini tentu saja membawa dampak yang sangat besar terhadap perekonomian gula pasir di Indonesia. Dalam konteks di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji industri gula pasir di Indonesia, mempelajari pola penetapan harga pasca monopoli Bulog, membandingkan sistem tataniaga gula pasir sebelum dan sesudah monopoli Bulog atas tataniaga gula pasir dihapuskan serta menganalisis tingkat efisiensi tataniaga gula pasir pasca monopoli Bulog. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis marjin dan analisis keterpaduan pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaan industri gula pasir nasional dilihat dari luas areal, produktivitas dan efisiensi produksi pengolahan secara umum menunjukkan prestasi yang semakin menurun. Sementara industri gula di Jawa terlihat semakin tidak efisien karena terbatasnya lahan dan mesin-mesin pabrik yang sudah berumur tua. Sedangkan industri gula di luar Jawa menghadapi kendala kesesuaian lahan dan investasi. Namun prospek industri gula di luar Jawa di masa mendatang cukup menjanjikan, terutama perusahaan-perusahaan gula milik swasta…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcFinancingid
dc.titleAnalisis sistem tataniaga gula pasir pasca monopoli Bulogid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record