Show simple item record

dc.contributor.advisorWagiono, Yayah K.
dc.contributor.authorJoenis, Rachmita
dc.date.accessioned2024-04-04T02:01:03Z
dc.date.available2024-04-04T02:01:03Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145261
dc.description.abstractBuah jeruk termasuk tanaman hortikultura yang sangat digemari. Popularitasnya menempati urutan ketiga setelah pisang dan nenas, dengan tingkat konsumsi sebesar 3,26 kg per kapita per tahun. Produksi jeruk di Jawa Barat masih didominasi oleh Kabupaten Garut dengan hasil produksi 1.701,98 ton atau sekitar 56 persen dari keseluruhan produksi di Jawa Barat. Garut masih dijadikan wilayah prioritas perkembangan komoditas jeruk. Walaupun pernah mengalami penurunan produksi yang drastis karena serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), namun kini produksinya sudah mengalami peningkatan. Peningkatan produksi harus diimbangi oleh sistem pemasaran yang efisien terutama dalam upaya menyaingi buah impor. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap sistem pemasaran jeruk siam garut dengan tujuan untuk: (1) Menganalisis pola saluran pemasaran jeruk siam garut dari lokasi penelitian (2) Mempelajari fungsi-fungsi pemasaran serta menganalisis struktur pasar yang terjadi (3) Menganalisis sebaran margin pemasaran pada setiap jalur pemasaran jeruk siam dari tingkat produsen hingga pengecer (4) Menganalisis hubungan harga guna mengetahui tingkat keterpaduan pasar. Penelitian dilaksanakan di Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Samarang, Kabupaten DATI II Garut, Jawa Barat, yang merupakan salah satu daerah sentra produksi dan telah memiliki alat grading. Untuk mencapai tujuan, dilakukan analisis saluran, struktur, fungsi-fungsi, margin pemasaran dan keterpaduan pasar. Model keterpaduan pasar dianalisis dengan menggunakan model Ravallion (1986) dan Heytens (1986). Terdapat empat pola saluran pemasaran jeruk siam garut dari Desa Cinta Rakyat sampai ke tingkat konsumen. yaitu: Jalur I : Petani memasarkan ke pedagang pengumpul-1 kemudian dijual lagi ke pedagang grosir, lalu ke pedagang pengumpul-2 untuk disalurkan lagi ke supermarket sebelum sampai kepada konsumen. Jalur II: Petani menjual ke pedagang pengumpul-1 lalu dipasarkan kepada pedagang grosir, kemudian ke pedagang pengecer-2 dan terakhir ke konsumen. Jalur III: Petani menyalurkan ke pedagang pengumpul-1 kemudian dipasarkan ke pedagang pengecer-1 untuk dijual kepada konsumen. Jalur IV: Petani langsung menjual kepada pedagang pengecer-1 kemudian disalurkan ke konsumen. Dari keempat jalur pemasaran tersebut, jumlah petani yang memasarkan jeruk ke jalur I sebanyak tujuh orang (23,33 persen), jalur Il sebanyak 15 orang (50 persen), jalur III sebanyak lima orang (16,67 persen) dan jalur IV sebanyak tiga orang (10 persen). Pemilihan pola pemasaran tersebut dengan alasan yang berbeda…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcFinancingid
dc.titleAnalisis sistem tataniaga jeruk siam garut : Kasus Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Samarang, Kabupaten DATI II Garut, Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record