Show simple item record

dc.contributor.advisorRachmina, Dwi
dc.contributor.authorSetiadji, Inung Widi
dc.date.accessioned2024-04-04T01:49:39Z
dc.date.available2024-04-04T01:49:39Z
dc.date.issued1997
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145250
dc.description.abstractPerkembangan konsumsi gula dewasa ini lebih tinggi dibandingkan peningkatan produksi gula dalam negeri, sehingga untuk memenuhi kebutuhan gula tersebut pemerintah harus mengimpor gula. Peningkatan konsumsi disebabkan oleh peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan peningkatan jumlah penduduk. Sedangkan peningkatan produksi yang lambat tidak lepas dari pengaruh kondisi industri gula di Jawa. Industri gula di Jawa sedang banyak menghadapi masalah, terutama kesulitan memperoleh lahan untuk tanaman tebu dan mesin pabrik yang sudah tua. Pemanfaatan lahan sawah untuk pengusahaan tanaman tebu terus berkurang, karena adanya persaingan yang kuat dari tanaman dan sektor lain. Sementara pemanfaatan lahan kering yang terus meningkat, dianggap masih banyak mempunyai kelemahan mendasar terutama rendahnya produktivitas lahan. Tujuan dari diadakannya praktek lapang ini, yaitu: (1) menganalisis tingkat pendapatan dan efisiensi biaya pada usahatani tebu lahan tegalan; (2) menganalisis struktur biaya produksi PG Madjopannggoong yang terjadi selama proses produksi; (3) menganalisis proses pengolahan tebu menjadi gula yang dilakukan perusahaan, serta mengukur besarnya nilai tambah yang diciptakan oleh pengolahan tebu tersebut; (4) menganalisis posisi PG Modjopanggoong dalam berproduksi dengan menggunakan analisis titik impas dan analisis profitabilitas. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja PG Modjopanggoong, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Lamanya penelitian yang dilakukan di lapang kurang lebih sebulan. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak manajemen PG dan petani tebu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan produksi dan keuangan, serta literatur-literatur yang sesuai dengan topik penelitian. Data sekunder yang dianalisis yaitu data tahun 1991 sampai 1995. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan per hektar petani TRIT I lebih besar dibandingkan petani TRIT II. Sedangkan dari segi biaya total ternyata biaya total terbesar dikeluarkan petani TRIT I. Dari nilai penerimaan dan biaya total usahatani lahan kering tersebut, diketahui bahwa pengusahaan tebu keprasan (TRIT II) menghasilkan pendapatan yang lebih besar (Rp 605.899,49) daripada pengusahaan tebu tanaman pertama (TRIT I) (p 371.262,17). Dilihat dari nilai imbangan penerimaan dengan pengeluaran (R/C rasio), baik untuk TRIT I maupun TRIT II bernilai positif, yaitu masing- masing 1,10 dan 1,20. Hal ini berarti pengusahaan tebu di lahan kering secara finansial layak diusahakan…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural economicid
dc.subject.ddcFoodstuffsid
dc.titleAnalisis pendapatan usahatani tebu lahan kering serta analisis nilai tambah dan titik impas pabrik gula : Kasus PG Modjopanggoong, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timurid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record