Human Capital Investment pada Perempuan Nelayan dalam Perspektif Ekonomi Kelautan
View/ Open
Date
2024-03Author
Afriana, Wendra
Damanhuri, Didin S
Taryono
Amanah, Siti
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini menganalisis bentuk, dampak dan peran kearifan lokal
keagamaan yang diikuti oleh perempuan nelayan terhadap human capital mereka.
Secara spesifik, penelitian ini bertujuan: 1) Menganalisis faktor-faktor penyebab
rendahnya human capital perempuan nelayan. 2) Mengkaji bentuk kearifan lokal
agama dalam upaya peningkatan human capital perempuan nelayan. 3) Mengkaji
manfaat materi dan immateri dari kearifan lokal dalam upaya meningkatan human
capital perempuan nelayan. 4) Merekomendasikan upaya – upaya untuk
meningkatkan human capital perempuan nelayan berdasar kearifan lokal.
Teori human capital investment yang dipadukan dengan konsep ekonomi
bisnis dalam komunitas perempuan nelayan menjadi landasan dalam disertasi ini.
Dalam konteks makro, penelitian ini berkontribusi terhadap rekomendasi
kebijakan pembangunan kelautan dari sisi human capital. Penelitian dilaksanakan
pada komunitas perempuan nelayan di Provinsi DKI Jakarta, tepatnya Kelurahan
Kalibaru, Kecamatan Cilincing dan Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan.
Masyarakat pada dua daerah penelitian tersebut memiliki nilai-nilai agama
yang berkembang menjadi kearifan lokal, utamanya diterapkan atau
diimplementasikan oleh perempuan nelayan. Dengan kearifan lokal tersebut
merupakan sebuah potensi untuk menyokong human capital investment yang
lebih kuat. Pada Kelurahan Kalibaru, terdapat 30 komunitas perempuan nelayan
dan laki-laki sebanyak 20 orang pada RT 09 dan RT 12 berpartisipasi dalam
penelitian. Pada Kelurahan Pluit, 19 perempuan nelayan dan 12 responden lakilaki turut berpartisipasi. Kearifan lokal yang diterapkan oleh komunitas
perempuan nelayan tersebut adalah komitmen bersama dalam bentuk iuran wajib
berupa uang “suka duka” dan sistem “ngecrek” yang khas untuk masyarakat
pesisir.
Kriteria perempuan nelayan yang terlibat dalam penelitian adalah istri
nelayan penuh ataupun nelayan sambilan serta perempuan yang belum menikah
atau paling rendah berusia 17 tahun. Terdapat kekhasan pola nafkah dari kedua
perempuan nelayan yang menggambarkan ekonomi mereka. Mayoritas
perempuan nelayan di Kelurahan Kalibaru bekerja sebagai pengupas kerang,
sementara di Kelurahan Pluit lebih beragam atau tidak langsung terlibat dalam
kegiatan perikanan dan kelautan, seperti pembantu rumah tangga dan pedagang
warung tegal (warteg). ...