Show simple item record

dc.contributor.advisorWiryokusumo, W. Hardianto
dc.contributor.authorYosada, Gearry
dc.date.accessioned2024-03-28T03:10:42Z
dc.date.available2024-03-28T03:10:42Z
dc.date.issued1990
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/144097
dc.description.abstractDalam upaya meningkatkan nilai tambah rotan dan mem- buka seluas-luasnya lapangan kerja dibidang industri rotan maka dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan larangan ekspor bahan mentah hingga bahan setengah jadi, Disamping itu pada saat yang sama dikeluarkan serangkainan paket deregu- lasi dan debirokratisasi di segala bidang. Kebijaksanaan ini disambut baik oleh investor-investor bermodal kuat. Kehadiran investor bermodal kuat membawa akibat ter- serapnya sejumlah tenaga kerja, dan juga industri kecil yang ada cenderung untuk meninggalkan usahanya dan bekerja sebagai buruh. Hal ini terjadi karena pengusaha industri rotan tidak mungkin dapat bersaing dengan industri besar dan menghindari resiko karena berusaha sendiri. Tujuan pembangunan dan industrialisasi adalah men- gangkat martabat dan derajat rakyat kecil dan banyak ke suatu tingkat yang lebih baik. Jadi pembangunan dan industrialisai yang hanya bermanfaat bagi lapisan-lapisan atas, bukanlah pembangunan yang dimaksud untuk dilaksana- kan di negara Indonesia. Suatu upaya kearah itu telah dirintis oleh pemerin- tah, dalam hal ini Departemen Perindustrian melalui unit pelayanan teknis rotan Tegalwangi bekerja sama. PT. Girya Niaganamindo (swasta) membantu mengembangkan industri kecil rotan di pedesaan. Hal ini dilakukan karena adanya kecenderung yang tidak baik dalam hubungan sub kontrak yang sedang berlangsung di sentra industri kecil rotan Tegalwangi, dimana diperkirakan sudah sepertiga dari 300- an pengrajin/pengusaha industri kecil rotan di desa Tegal- wangi lebih terkonsentrasi bekerja sebagai buruh. Terca- tat ada empat unit industri rotan menengah dan besar yang menampung pekerja terampil itu. Oleh karena itu hubungan UPT dan PT. Griya Niagana- mindo menciptakan model sub kontrak dengan pembagian tahapan proses produksi barang jadi rotan. Dimana pihak PT. Griya melakukan proses produksi (finishing), sedangkan proses perakitan dilakukan oleh industri kecil dengan model ini diperoleh keuntungan bagi industri kecil, yaitu industri kecil memperoleh order sepenuhnya, memperpendek hubungan eksportir dengan industri kecil dan menghilangkan biaya transportasi dan keuntungan yang diperoleh industri perantara. Hal ini akan semakin mengeffisienkan jalur pemasaran produksi jadi rotan di desa Tegalwangi....id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcPertanianid
dc.subject.ddcSosial ekonomi pertanianid
dc.titleAnalisis margin pemasaran barang jadi rotan dan analisis peranan lembaga pemadu pada sistem komoditi rotan dalam upaya pengembangan industri rotanid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordAgribisnisid
dc.subject.keywordSistem komoditi rotanid
dc.subject.keywordLembaga pemaduid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record