Show simple item record

dc.contributor.advisorKrisnamurthi, Bayu
dc.contributor.authorAripin, Zaenal
dc.date.accessioned2024-03-27T06:41:32Z
dc.date.available2024-03-27T06:41:32Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/143922
dc.description.abstractPenelitian ini didasari oleh pemikiran bahwa kecukupan kebutuhan pangan penting sekali dalam menunjang kelancaran proses pembangunan nasional. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah meningkatkan produksi pangan melalui pengembangan usahatani. Akan tetapi, usahatani sebagai unit produksi dihadapkan pada kendala keterbatasan sumberdaya yang meliputi lahan, tenaga kerja, dan modal. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan usahatani berupa pengembangan pola tanam optimal agar alokasi sumberdaya efisien. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan (1) pola tanam aktual usahatani tanaman semusim lahan sawah yang dilakukan petani saat ini, (2) pola tanam optimal sebagai bahan rekomendasi untuk dilakukan petani, (3) sumberdaya langka yang membatasi petani melaksanakan pola tanam optimal, (3) aktivitas pengadaan sarana produksi, pemasaran dan lembaga penunjang yang mendukung pengembangan pola tanam optimal. Penelitian ini dilakukan di Desa Cisoka, Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Petani contoh dipilih secara sengaja (purposive) sebanyak 40 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Linear Programming. Fungsi tujuan model adalah memaksimumkan pendapatan bersih tunai petani dalam setahun. Aktivitas yang diperhitungkan dalam model adalah: (1) produksi (pola tanam), (2) pembelian benih, (3) pembelian pupuk, (4) menyewa tenaga kerja, (5) meminjam kredit, (6) konsumsi bahan makanan pokok, dan (7) penjualan hasil produksi. Sedangkan kendala dalam model tersebut meliputi: (1) lahan, (2) transfer pembelian benih, (3) transfer pembelian pupuk, (4) tenaga kerja keluarga, (5) modal lancar, (6) batas maksimum peminjaman kredit, (7) batas minimum ketersediaan bahan makanan pokok untuk konsumsi, dan (8) transfer hasil produksi. Petani responden dikasifikasikan berdasarkan luas lahan sawah pengairan pedesaan yang dimiliki. Rata-rata luas lahan sawah pengairan pedesaan seluruh petani responden adalah 0,35 ha. Petani stratum I adalah petani yang memiliki luas lahan sama dengan atau di bawah rata-rata kepemilikan lahan sawah pengairan pedesaan seluruh petani responden (≤ 0,35 ha). Rata-rata luas lahan sawah petani stratum I adalah 0,20 ha. Sedangkan petani stratum II adalah petani yang memiliki luas lahan di atas rata-rata kepemilikan lahan sawah pengairan pedesaan seluruhpetani responden (> 0,50 ha). Rata-rata luas lahan sawah pengairan pedesaan petanistratum II adalah 0,50 ha…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcFoodstuffsid
dc.titleOptimalisasi pola tanam pada usahatani tanaman semusim lahan sawah di Desa Cisoka, Kecamatan Cikijing, Kabupaaten Majalengka, Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record