Show simple item record

dc.contributor.authorRahmanu, Riza
dc.date.accessioned2010-05-07T00:41:27Z
dc.date.available2010-05-07T00:41:27Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14355
dc.description.abstractIndonesia merupakan negara penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia, di bawah Pantai Gading dan Ghana dengan pangsa produksi dunia tahun 2007 sebesar 15,68 persen. Akan tetapi biji kakao yang berlimpah di Indonesia tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh industri pengolahan kakao nasional, padahal permintaan hasil olahan kakao dunia terus meningkat setiap tahunnya. Biji kakao yang ada lebih banyak diekspor ke beberapa negara seperti Malaysia, Amerika Serikat, dan Singapura dibandingkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi bahan baku industri pengolahan kakao nasional. Hal ini diduga terkait dengan kebijakan pemerintah berupa penerapan PPN sebesar 10 persen terhadap komoditi primer, termasuk biji kakao. Selain itu kondisi industri pengolahan kakao yang tidak berkembang dengan baik juga menjadi kendala dalam menyerap biji kakao yang ada. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa posisi daya saing hasil olahan kakao Indonesia, menganalisa faktor-faktor yang menjadi kendala perkembangan industri pengolahan kakao Indonesia, menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi posisi daya saing hasil olahan kakao Indonesia, serta merumuskan strategi peningkatan daya saing industri pengolahan dan hasil olahan kakao Indonesia. Berdasarkan beberapa masalah yang ada, penelitian ini akan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisa posisi daya saing hasil olahan kakao Indonesia, metode Porter’s Diamond untuk menganalisa faktor-faktor yang menghambat perkembangan industri pengolahan kakao nasional, dan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisa faktorfaktor yang mempengaruhi posisi daya saing hasil olahan kakao Indonesia. Selain itu berdasarkan hasil penelitian akan dirumuskan suatu strategi peningkatan daya saing industri pengolahan dan hasil olahan kakao Indonesia. Industri pengolahan kakao nasional saat ini didukung oleh 15 perusahaan pengolahan kakao, padahal pada tahun 1998 terdapat 28 perusahaan pengolahan kakao yang beroperasi di Indonesia. Dari 15 perusahaan pengolahan kakao tersebut hanya 10 perusahaan yang melakukan aktivitas produksi. Hal ini menandakan bahwa kondisi industri pengolahan kakao tidak berkembang dengan baik. Akan tetapi hasil olahan kakao yang merupakan output dari industri pengolahan kakao nasional memiliki permintaan yang cukup baik di dunia. Setiap tahunnya permintaan hasil kakao olahan Indonesia mengalami trend yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi industri makanan dan minuman di pasar domestik maupun pasar internasional. Hasil penelitian dengan metode RCA menunjukkan bahwa kakao olahan Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1995 dengan nilai RCA di bawah satu dan memiliki keunggulan komparatif pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2006 dengan nilai RCA diatas satu. Hal ini dikarenakan pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1995 nilai ekspor hasil olahan kakao masih relatif sedikit dan mulai meningkat pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2006 seiring dengan meningkatnya permintaan hasil olahan kakao dunia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi industri makanan dan minuman dunia. Sedangkan menurut hasil Porter’s Diamond menunjukkan bahwa industri pengolahan kakao nasional kurang kompetitif. Beberapa hal yang menjadi kendala perkembangan industri pengolahan kakao adalah infrastruktur yang terbatas, sulitnya akses terhadap sumber permodalan, pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada komoditi primer serta kualitas biji kakao yang rendah. Berdasarkan hasil kedua metode tersebut dapat disimpulkan bahwa saat ini Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan daya saing hasil olahan kakaonya dengan cara mengatasi beberapa kendala yang menghambat perkembangan industri pengolahan kakao Indonesia. Hasil metode OLS menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing hasil olahan kakao adalah harga ekspor kakao olahan, volume ekspor kakao olahan, dan krisis ekonomi, sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan kakao Indonesia adalah produktivitas industri pengolahan kakao. Pada variabel produktivitas industri pengolahan kakao tidak berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan kakao, karena daya saing hasil olahan kakao lebih dipengaruhi oleh mutu dan kualitas produk, sedangkan peningkatan produktivitas tidak menjamin peningkatan mutu hasil olahan kakao. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil olahan kakao Indonesia memiliki daya saing yang rendah (tidak memiliki keunggulan komparatif) pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1995 dan daya saing tinggi (memiliki keunggulan komparatif) pada tahun 1996 sampai dengan 2006, faktor-faktor yang menghambat perkembangan industri pengolahan kakao nasional adalah infrastruktur yang terbatas, sulitnya akses terhadap sumber permodalan, pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada komoditi primer serta kualitas biji kakao yang rendah, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing hasil olahan kakao Indonesia adalah harga ekspor, volume ekspor dan krisis ekonomi, sedangkan faktor yang tidak berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan kakao Indonesia adalah tingkat produktivitas industri pengolahan kakao. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan pemerintah dapat menerapkan SNI pada komoditi biji kakao, memberikan akses permodalan kepada pelaku agribisnis kakao untuk dapat mengembangkan biji kakaonya sampai ke tahap industri, memperbaiki jalur distribusi antara industri hulu dan hilir. Perusahaan pengolahan kakao diharapkan dapat meningkatkan teknologi pengolahan kakao serta memberikan pelatihan kepada sumber daya manusia yang tersedia agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas hasil olahan kakao nasional.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis daya saing industri pengolahan dan hasil olahan kakao Indonesiaid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record