Pengaruh Pemberian Hormon Estradiol-17~ Secara Oral Terhadap Nisbah Kelamin limn Cupang (Betta splendens Regan).
Abstract
Ikan eupang (Betta splendens Regan) adalah salah satu jenis ikan hias yang banyak digemari oleh masyarakat. Ikan ini digemari karena sifatnya yang suka berkelahi dan keindahan warna tubuhnya. Ikan eupang jantan memiliki warna menarik, tubuh ramping, sirip-siripnya panjang dan lebih agresif, selta memiliki sifat saling menyerang bila bertemu dengan sesamanya di dalam satu wadah. Hal ini yang membuat harga ikan eupang jantan lebih mahal dibandingkan betinanya, sehingga banyak upaya untuk memperoleh populasi monoseks jantan melalui manipulasi j enis kelamin. Dntuk mendapatkan populasi monoseks jantan dapat dilakukan dengan pemberian hormon steroid seeara langsung dan tidak langsung. Cara langsung dilakukan dengan pemberian hormon 17a-metiltestosteron yang akan langsung menghasilkan populasi jantan. Cara tidak langsung dapat dilakukan dengan menghasilkan terlebill dahulu jantan super yang seeal'a teori apabila dikawinkan dengan betina normal akan didapatkan keturunan yang 100% jantan. Langkah awal untuk mendapatkan jantan super adalah feminisasi honnona1 dengan menggunakan hormon, diantaranya adalah hormon estradiol-17~. Pada pereobaan ini pemberian hormon dilakukan me1alui pakan alami. Cara ini (bioenkapsulasi) memi1iki ke1ebillan dibandingkan pakan buatan, karena pakan alami dapat dikonsumsi oleh semua jenis larva ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon estradiol-17~ seeara oral terhadap nisbah kelamin ikan eupang. Penelitian ini di1aksanakan pada bulan Agustus 2000 sampai Januari 2001 di Laboratorium Pengembangbiak dan Genetika Ikan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Induk ikan eupang yang digunakan sebanyak empat pasang. Satu pasang induk digunakan pada satu ulangan untuk semua perlakuan dan dipijahkan seeara terpisah pada akuarium bernkuran 30x30x20 em. Perlakuan diberikan pada saat larva berumur 15 hari. Perlakuan diberikan selama 15 hari sampai larva berumur satu bulan dengan memberi pakan berupa nauplius Artemia yang telah direndam dalam hormon estradio1-l7~ dengan dosis 0, 20, 40, dan 80 fig/I se1ama 24-36 jam. Pakan diberikan sebanyak empat kali sehari pada puku1 06.00, 10.00, 14.00 dan 18.00 wib. Pada umur satu hingga tiga bulan larva diberi pakan berupa Chironomus sebanyak tiga kali sehad. Dntuk menjaga kualitas air dilaknkan penyifonan dan penggantian air sebanyak 30% setiap had. Parameter yang diamati meliputi tingkat kelangsullgan hidup larva pada akhir perlakuan dan akhir pengamatan serta persentase jenis kelamin jantan dan betina. Data yang diperoleh dari hasH pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, dianalisis secara deskriptif dan diuji menggunakan uji proporsi. Tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan cupang akhir perlakuan berkisar antara 91,5%-97,1 %, sedangkan kelangsungan hidup pada akhir pengamatan berkisar antara 63,7%-79,1 %. Semakin tinggi dosis hormon yang diberikan, tingkat kelangsungan hidup larva makin rendah. Diduga bahwa pada akhir perlakuan, hormon estradiol1713 pada tubuh larva ikan cupang belum semuanya bekerja sehingga belum berpengaruh terhadap larva. Pada akhir pengamatan hormon sudah berpengaruh terhadap kelangsungan hidup.