Show simple item record

dc.contributor.advisorMangkuprawira, Sjafri
dc.contributor.authorDC. Murdhanil
dc.date.accessioned2024-03-22T08:00:27Z
dc.date.available2024-03-22T08:00:27Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/143047
dc.description.abstractKemiskinan dan keterbelakangan adalah masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Kemiskinan dan keterbelakangan daerah pedesaan ini disebabkan oleh terisolirnya daerah dari kota, fasilitas yang kurang memadai, terbatasnya sumberdaya alam, rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya keterampilan berusaha. Disamping itu Sajogyo (1982) menyatakan bahwa kemiskinan itu ditunjukan dengan pendapatan per kapita per tahun yang setara dengan 240 kg beras untuk masyarakat yang tinggal di pedesaan dan setara dengan 360 kg beras bagi mereka yang tinggal di perkotaan. Penanggulangan kemiskinan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan tetapi keluar dari kemiskinan membutuhkan waktu, strategi yang jitu dan berkesinambungan. Dalam hal ini pemerintah telah berusaha dengan memacu pertumbuhan nasional dengan berbagai program, seperti, Proyek Pengembangan Kawasan Terpadu, P4K, UPPKA-KB, Program IDT, PDMD-KE, dan JPS. Program Inpres Desa Tertinggal (Program IDT) yang diluncurkan berdasarkan Inpres Nomor 5 tahun 1993 adalah salah satu upaya pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Tujuan program ini adalah membuka peluang berusaha bagi penduduk miskin dengan pemberian bantuan dana sebesar 20 juta rupiah dan melibatkan kelompok tertinggal tersebut dalam memilih dan menentukan kebijakan untuk berusaha. Sasaran program ini adalah masyarakat yang tergolong miskin. Hingga saat ini, program IDT telah berjalan selama 8 tahun. Tahap pencairan dana terakhir pada tahun anggaran 1997. Namun demikian evaluasi dan penelitian terhadap hasil pelaksanaan kegiatan IDT masih terus dikaji sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan selanjutnya. Dalam penelitian ini, studi kasus dilakukan di desa Canden (desa tertinggal) dan Patalan (desa non tertinggal), Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Propinsi DI. Yogyakarta. Pemilihan dua desa, satu desa tertinggal dan yang lain desa non tertinggal adalah sebagai pembanding untuk melihat tingkat keberhasilan pelaksanaan program IDT. Jumlah responden adalah 60 kepala keluarga, 30 responden dari desa tertinggal dan 30 responden lainnya adalah dari desa non tertinggal. Penentuan responden adalah dengan menggunakan teknik acak sederhana setelah ditentukan pokmas atau dusun yang akan diteliti…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural economicsid
dc.subject.ddcLaborid
dc.titlePengaruh program Inpres desa tertinggal terhadap kesempatan kerja dan distribusi pendapatan : Studi kasus desa Canden (desa tertinggal) dan desa Patalan (desa non tertinggal), kecamatan Jetis, kabupaten Bandul, propinsi DI Yogyakartaid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record