Analisis produktivitas tanaman pangan di Indonesia
Abstract
Tanaman padi dan palawija merupakan bagian dari sub sektor tanaman pangan yang sangat penting karena menyangkut kehidupan rakyat banyak. Tingkat partisipasi konsumsi beras dari penduduk Indonesia sebesar 97%, berarti 97% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok. Sedangkan tanaman palawija, khususnya jagung dan kedelai memiliki dua peranan, yaitu sebagai tanaman pangan dan sebagai tanaman perdagangan penghasil uang (cash crop).
Produktivitas tanaman padi, jagung dan kedelai berturut-turut selama 31 tahun menunjukkan peningkatan, namun dengan angka yang berfluktuasi. Pada tahun 1999 produktivitas tanaman padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 42,56 kw/ha, 26.50 kw/ha dan 12,01 kw/ha. Sedangkan produksinya menunjukkan kecenderungan yang, menurun, terutama pada tanaman padi. Penurunan produksi serta kecenderungan konsumsi yang meningkat menyebabkan peningkatan jumlah impor pada ketiga jenis tanaman pangan tersebut. Pada tahun 1999 impor beras sudah mencapai 3.055.414 ton, kedelai mencapai 839.965 ton serta jagung tertinggi sebesar 1.098.012 pada tahun 1997. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi perkembangan produktivitas tanaman pangan di Indonesia, (2) Mengetahui sumber-sumber produktivitas yang dapat meningkatkan produksi tanaman pangan ini, (3) Mengidentifikasi alternatif kebijakan yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan di Indonesia.
Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data Badan Pusat Statistik (Struktur Ongkos Usaha Tani Padi dan Palawija) serta sumber-sumber lainnya. Pengolahan data menggunakan analisis fungsi produksi Cobb Douglass dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Metode tersebut diolah menggunakan perangkat lunak Minitab.
Dari hasil regresi model fungsi produksi per hektar tanaman padi dengan dummy teknologi dari luar, diperoleh koefisien determinasi R² sebesar 90,3 persen yang berarti 90,3 persen dari variasi variabel yang menerangkan, yaitu pemakaian bibit, tenaga kerja, pupuk kimia, pestisida per hektar, serta variabel dummy Bimas, Insus dan Supra Insus sebagai variabel eksogenus dapat menjelaskan variabel tidak bebas yaitu produksi per hektar padi (produktivitas), sedangkan 8,7 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Dari hasil uji F terhadap data diperoleh F hitung sebesar 30,76 yang lebih besar dari F-tabel sebesar 3,54 pada taraf satu persen. Variabel X4 (tenaga kerja) berpengaruh nyata, tapi dengan arah yang negatif. Ketidaksesuaian tanda ini ini dikarenakan jumlah tenaga kerja yang ada tidak sesuai dengan jumlah lahan yang ada, sehingga penambahan tenaga kerjanya tidak meningkatkan, tapi menurunkan produktivitas tanaman padi. Sedangkan variabel yang tidak nyata adalah variabel X2 (pupuk) dan program Supra Insus (d3). Nilai koefisien determinasi (R2) untuk regesi padi dengan dummy teknologi dari
dalam, yaitu bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja berturut-turut didapat sebesar 90%, 91.8%, 91.2%, dan 90.3%. Pada dummy bibit, Nilai ujit menunjukkan bahwa variabel X₁ (bibit), X4 (tenaga kerja), dan variabel dummy bibit pada masa Bimas (dx1)..dst