dc.description.abstract | Sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan diharapkan dapat menggantikan posisi minyak bumi dalam menghsilkan devisa, setelah minyak bumi tidak lagi dapat diandalkan sebagai sumber devisa yang utama. Salah satu diantaranya adalah komoditas karet (Hevea brasiliensis).
Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, diperlukan langkah-langkah yang dapat memperkuat dan melindungi komoditas karet alam Indonesia di pasar internasional, diantaranya adalah dengan jalan meningkatkan produktivitas melaในi program peremajaan. Hal ini mengingat produktivitas karet Indonesia relatif masih rendah, sehingga masih terbuka kemungkinan untuk meningkatkannya.
Program peremajaan akan dilakukan jika telah diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk itu diperlukan dasar yang pasti dalam menentukan saat dan pola peremajaan, mengingat peremajaan merupakan suatu kegiatan jangka panjang yang memerlukan biaya investasi besar dengan saat perolehan hasil yang lama.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan saat optimum peremajaan adalah jika Penerimaan Bersih Marjinal yang diperoleh dari tanaman sekarang sudah menyamai Penerimaan Bersih Amortis tertinggi dari tanaman pengganti.
Perhitungan yang dilakukan pada tingkat produktivitas rata-rata (Y1 1 009.40 kg KK per Ha) dan tingkat harga jual rata-rata (H1 Rp 905.76) menunjukkan saat optimum untuk melakukan peremajaan terjadi pada tahun ke-29 dengan luas areal yang harus diremajakan setiap tahun sebesar 3.45 % dari total areal tanam. Pada saat itu Penerimaan Bersih Marjinal sebesar Rp 3 500 852.22 merupakan nilai yang paling mendekati Penerimaan Bersih Amortis tertinggi sebesar Rp 399 240.01. Saat pengembalian investasi terjadi pada tahun ke-24 yang ditunjukkan dengan Nilai Kini Bersih Kumulatif yang positif…dst | id |