Show simple item record

dc.contributor.authorRasyid, Firman
dc.date.accessioned2010-05-06T16:25:29Z
dc.date.available2010-05-06T16:25:29Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14277
dc.description.abstractMalaoinfauna pada ekosistem padang lamun merupakan salah satu potensi sumberdaya perikanan yang besar dan merupakan komunitas perairan laut dangkal yang khas yang mempunyai produktivitas tinggi. Kelompok Malaoinfauna juga sering digunakan sebagai indikator suatu perairan. Hal ini disebabkan karena organisme tersebut tidak memililci kemampuan berrnigrasi bila kondisi perairan berubah dan mudah tertangkap yang selanjutnya dapat dipisahkan dalam beberapa kelompok. Karena itu, untuk melihat informasi ekologis dari ekosistem padang lamun dan bagaimana asosiasi dari komunitas Malaoinfauna pada ekosistem padang lamun di Teluk Huron, Teluk Lampung, Lampung Selatan maka periu dilakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18-21 November 2000, di teluk Hurun, Teluk Lampung, Lampung Selatan. Lokasi pengamatan dibagi menjadi 4 stasiun dengan tiap stasiun terdiri dari 3 substasiun. Parameter-parameter yang diukur adalah suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus, pH air, tipe substrat, kandungan bahan organik dan pH substrat. Analisa data yang digunakan adalah kepadatan Makroinfauna, Keanekaragaman, keseragaman, dominansi, komposisi dan pola sebaran Makroinfauna. Untuk melihat keterkaitan antara Makroinfauna dengan habitatnya dan asosiasi Malaoinfauna dengan lamun digunakan Analisa Nodul. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ekosistem padang lamun di perairan Teluk Huron, Teluk Lampung, Lampung Selatan ditemukan jenis Malaoinfauna sebanyak 23 yang terdiri dari phylum Moluska, Platyhelminthes, Annelida, Echinodermata dan Porifera. Parameter Fisika kimia air antara stasiun yang didapatkan mempunyai kisaran yang hampir seragam dan relatif sempit . Tipe substrat pada lokasi penelitian adalah pasir beriumpur dan pasir, dengan persentase kandungan bahan organik mempunyai kisaran antara 0.66 % sampai 1,02 %. Berdasarkan struktur komunitas Malaoinfauna, kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai kepadatan 208 incl/m2 . Hal ini didukung dengan tingginya persentase kandungan bahan organik dibanding dengan stasiun yang lain. Nilai Indeks keanekaragaman berkisar antara 2.25 - 3.37. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu 3.37 sehingga termasuk kedalam kategori sedang atau kestabilan komunitas sedang. Tingkat keseragaman berkisar antara 0.80 - 0.95 yang berarti pada lokasi penelitian tidak terlihat dominansi yang nyata dari suatu spesies tertentu atau komposisi individu tiap jenis dalam komunitas relatif seragam, sehingga kondisi ekosistem relatif stabil. Thracia papyracea merupakan jenis yang memililci komposisi terbesar pada stasiun 1 yaitu 24 %. Pada stasiun ini terdapat tipe substrat pasir beriumpur dengan persentase bahan organik yaitu 0.69 %. Penyebaran spesies tersebut termasuk dalam pola mengelompok dengan nilai indeks morisita yaitu 1.5. Pada stasiun 2, Phernsa plumusa dan Bittium reticulatum memiliki komposisi terbesar dengan nilai 18 %. Makroinfauna pada stasiun ini umurnnya memililci pola sebaran mengelompok. Tipe substrat pasir beriumpur merupakan habitat yang cukup baik bagi spesies tersebut. Pada stasiun 3 ditemukan 12 spesies Makroinfauna dengan komposisi terbesar terdapat pada spesies Thracia Papyracea yaitu 20 %. Pola penyebaran pada stasiun tersebut, umurnnya mengelompok dan seragam hanya pada spesies Bittium reticulatum yang menyebar secara acak. Monacelis lineata merupakan Makroinfauna yang memiliki komposisi terbesar pada stasiun 4 yaitu 40 % dari 5 spesies yang ditemukan. Spesies tersebut sangat baik untuk hidup pada kondisi substrat yang berpasir. Stasiun 4 ditemukan sedikit makrozobentos, baik jumlah individu maupun jumlah spesies. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh rendahnya persentase bahan organik pada stasiun tersebut. Penyebaran spesies pada stasiun ini yaitu mengelompok dan seragam. Berdasarkan analisa nodul didapatkan hubungan keterkaitan antara Makroinfauna dengan parameter fisika kimia perairan serta asosiasinya terhadap lamun yang ada pada lokasi pengamatan. Persentase tekstur substrat dan kandungan bahan organik substrat merupakan variabel yang berperan, sedangkan lamun yang berasosiasi yaitu Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis dan Halophila minor. Pada kelompok stasiun I (stasiun 2 dan 3) spesies Cerithium vulgatum, Nerita plicata, Carciims maenas Lioconcha omala, Rissoa parva, Nephtys caeca, Cecastoderma hauniense, Strombus canarium, Syllis gracillis, Tritonalia aciculata dan Phemsa plumusa memiliki keterkaitan yang kuat pada kondisi habitat pada kelompok stasiun tersebut sedangkan lamun yang berasosiasi yaitu Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis dan Halophila minor. Pada kelompok stasiun II (stasiun 1) spesies Dosinia lupinus, Convoluta convoluta, Rhinoclavis asper dan Codakia tigerina sangat menyukai kondisi habitat pada kelompok stasiun tersebut dan lamun yang berasosiasi yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis dan Halophila minor. Spesies Grantia compressa, Echinus esculentus, Nereis pucata dan Comls geographus memiliki katerkaitan yang erat atau menyukai kondisi habitat pada kelompok stasiun III (stasiun 4). Lamun yang berasosiasi yaitu Enhalus acoroides, Halodule uninervis dan Halophila minor.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleSebaran dan Asosiasi Makroinfauna pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Te!uk Humn, Teluk Lampung, Lampung Selatanid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record