Show simple item record

dc.contributor.authorIndriasari, Fatma
dc.date.accessioned2010-05-06T16:10:07Z
dc.date.available2010-05-06T16:10:07Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14270
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepadatan telur tiap sarang dan media pasir tempat inkubasi telur terhadap keberhasilan penetasan telur penyu sisik (Eretmochelys imbricata), sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan keberhasilan penetasan telur penyu sisik dan dapat mempertahankan keberadaan populasi penyu sisik di alamo Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2000 di Pulau Pramuka, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta. Telur-telur yang digunakan berasal dari Pulau Gosong Rengat, Pulau Peteloran Timur dan Pulau Segamat yang semuanya berjumlah 750 butir telur, kemudian dibagi ke dalam tiga kepadatan yang berbeda yaitu 25 butir, 50 butir dan 75 butir telur. Inkubasi telur dilakukan pada media pasir sarang yang berbeda, yaltu 9 sarang semi-alami pada media pasir lama (telur berasal dari tiga sarang alami dari Pulau Gosong Rengat dan Pulau Peteloran Timur), dan 6 sarang semi-alami pada media pasir barn (telur berasal dari dua sarang alami dari Pulau Segamat). Kedalaman seluruh sarang sama, yaitu 40 cm. Berdasarkan perbedaan kepadatan, keberhasilan penetasan (Hatching Success) pada kepadatan 25 berkisar antara 0-100% dengan rata-rata 42,4%, kepadatan 50 berkisar antara 44-90% dengan rata-rata 74% dan pada kepadatan 75 berkisar antara 12-93,3% dengan rata-rata 48%. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan kepadatan tiap sarang tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan penetasan. Masing-masing kepadatan menunjukkan selang keberhasilan penetasan yang luas, terutama pada kepadatan 25, terendah 0% dan tertinggi 100%. Sedangkan berdasarkan perbedaan media pasir, keberhasilan penetasan pada media pasir bekas berada pada kisaran 0-90% dengan rata-rata 33,8% dan pada media pasir barn keberhasilan penetasan berada pada kisaran 72-100% dengan rata-rata 86,2%. Analisis sidik ragarn menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari perbedaan media pasir sarang terhadap keberhasilan penetasan. Media pasir bam menunjukkan persentase keberhasilan yang lebih tinggi daripada media pasir bekas untuk digunakan sebagai media inkubasi telur penyu sisik. Pada media pasir bekas terdapat bekas-bekas cangkang telur yang ditinggalkan dari penetasan sebelumnya, yang dapat mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri dan mengundang semut merah yang dapat mengganggu proses perkembangan embrio yang sedang terjadi di dalarn telur. Diduga, hal inilah yang menjadi penyebab rendahnya keberhasilan penetasan pada media pasir bekas. Interaksi antara dua perlakuan yaitu kepadatan dan media paslr sarang menurut analisis sidik ragarn tidak menunjukkan adanya korelasi antara kepadatan dan media pasir sarang. Suhu rataan mingguan pada kepadatan 25, 50 maupun 75 yang diukur pada pukul 06.00, 12.00 dan 19.00 WIB secara deskriptif tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, yaitu berkisar antara 27-3 IDC. Sedangkan suhu rataan mingguan yang diukur yang diukur pada pukul 06.00, 12.00 dan 19.00 WIB pada media pasir bam lebih tinggi (dengan kisaran 29-32DC) daripada suhu pada media pasir bekas, dengan kisaran 27-29,5DC. Kadar air pasir sarang pada kepadatan 25, 50 maupun 75 secara deskriptif juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, yaitu berada pada kisaran 2-8%. Begitu pula pada kadar air pasir sarang berdasarkan perbedaan media pasir, tidak menUhjukkan perbedaan yang nyata, beradapada kisaran 1-7%. Narnun terlihat pada media pasir bekas kadar air lebih berfluktuasi daripada kadar air pada media pasir baru. Masa inkubasi telur pada kepadatan 25, 50 maupun 75 tidak berbeda, yaitu 55 hari dengan suhu rata-rata yang juga harnpir sarna yaitu 29,4-29,6DC. Sedangkan masa inkubasi telur pada media pasir bam lebih singkat, yaitu 52 hari dengan suhu rata-rata 30,5DC dibandingkan dengan media pasir bekas, yaitu 57 hari dengan suhu rata-rata yang lebih rendah yaitu 28,4DC. Dari data ini terlihat adanya hubungan yang erat antara suhu dan masa inkubasi, yaitu semakin tinggi suhu sarang maka masa inkubasi akan semakin singkat.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePengaruh Kepadatan Telur dan Media Pasir Terhadap Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Dalam Sarang Semi-Alami Di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribuid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record