Show simple item record

dc.contributor.authorArista, Fikri
dc.date.accessioned2010-05-06T15:58:53Z
dc.date.available2010-05-06T15:58:53Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14267
dc.description.abstractDewasa ini ikan hias semakin digemari oleh masyarakat. Salah satu jenis ikan hias yang menarik untuk dibudidayakan adalah ikan maskoki. Tingginya tingkat pemlintaan terhadap ikan hias ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi. Hambatan yang sering terjadi pada usaha pembesaran ikan terutama ikan hias adalah kelangsungan hidup, kualitas ikan, serta keterbatasan air dan lahan. Lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kelngsungan hidup dan kualitas ikan yang dihasilkan. Lingkungan dapat berubah menjadi stresor dan pada akhimya menimbulkan penyakit yang dapat menurunkan kualitas ikan dan l11enimbulkan kematian. Salinitas diharapkan l11al11pu l11eningkatkan efisiensi energi dalam proses osmoregulasi, meningkatkan tingkat kelangsungan hidup, dan menurunkan tingkat infeksi. Kesadahan diharapkan mampu berperan sebagai butTer perairan sehingga stres pada ikan yang disebabkan oleh perubahan nilai pH dapat dieegah. Sistem resirkulasi .diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan air, mengingat bahwa saat ini air sudah bukan merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan salinitas 3 ppt dan kesadahan moderat pada media budidaya terhadap produksi ikan maskoki (Carassius auratus Linnaeus) di dalam sistem resirkulasi. Penelitian ini menggunakan 2 unit sistem resirkulasi yang terdiri dari 5 buah akuarium berukuran 60x35x35 em3 dengan volume air 60 liter, I wadah pengendapan dan 2 filter berisi kerikil, pasir, zeolit dan arang untuk tiap unit. Air dialirkan dari filter ke akuarium dengan menggunakan pompa dengan debit air efektif 15 literlmenit. Ikan yang digunakan adalah ikan maskoki varietas kokitosa dengan bobot awal 2,15 ± 0,067 gr/ekor sebanyak 50 ekor per akuarium. Pakan yang diberikan adalah Tubijex seeara adsatiation sebanyak 3 kali sehari. Adaptasi salinitas dilakukan selama 3 hari dengan peningkatan salinitas sebesar 1 ppt per hari. Penambahan kapur dolomit tidak dilakukan karena kesadahan media telah sesuai dengan perlakuan yang diinginkan. Selama penelitian tidak dilakukan penggantian air, penambahan air dilakukan untuk menjaga stabilitas volume air dalam sistem. Rata-rata penambahan air adalah 1,25 liter setiap 5 hari. Sampling dilakukan setiap 5 hari sekali sampai 60 hari masa pemeliharaan. Paranleter yang diukur adalah bobot rata-rata ikan dan kualitas air yang meneakup suhu, kekeruhan, DO, pH, NH3, NOz', N03-N, serta kelimpahan bakteri pada media. Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan setiap hari, sedangkan kualitas ikan dilihat pada akhir masa pemeliharaan (panen) dengan eara menghitung jumlah ikan afkiran. Raneangan pereobaan yang digunakan adalah Raneangan Aeak Lengkap (RAL) dengan menggunakan Analysis o/Variance (ANOVA). Untuk analisa kualitas air dilakukan uji statistik nonparametrik Kruskal-Wallis. PerJakuan peningkatan salinitas 3 ppt dan kesadahan moderat (99 mg/l setara CaC03) tidak mempengaruhi kelangsungan hidup ikan maskoki secara nyata (p>O,05). Penurunan tingkat kelangsungan hidup pada kontrol diduga terjadi karena kondisi media pemeliharaan yang lebih berpotensi sebagai stresor (pH lebih berfluktuasi). Namun demikian, ikan maskoki lebih resisten terhadap kondisi lingkungan akibat kemampuannya bertahan pada keadaan hipoksia, sehingga penurunan tingkat kelangsungan hidup pada kontrol tidak terlihat nyata secara statistik. PerJakuan juga dapat menstabilkan kelangsungan hidup ikan maskoki sampai dengan akhir masa pemeliharaan, sedangkan kontrol mengalami penurunan kelangsungan hidup secara drastis pada hari ke-50. Hal ini diduga terjadi karena adanya perubahan kualitas air seperti berfluktuasinya pH serta peningkatan konsentrasi amonia dan nitrit yang berperan sebagai stresor bagi ikan. Dengan demikian perJakuan mampu meningkatkan efektifitas penggunaan air daripada kontrol. Untuk laju pertumbuhan ikan maskoki, perlakuan juga tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>O,05). Hal ini diduga terjadi karena tingkat salinitas sebesar 3 ppt kurang optimal dalam membantu proses osmoregulasi untuk pertumbuhan. Selain itu, kesadahan rata-rata 99 mg/l setara CaC03 diduga menyediakan kalsium yang lebih dari kebutuhan ikan. Peningkatan laju pertumbuhan harian kontrol pada awal masa pemeliharaan diduga terjadi akibat kualitas air yang lebih baik pada sistem resirkulasi daripada masa adaptasi sebelumnya. Perbaikan kualitas air ini meliputi kesadahan perairan. yang diduga mampu menyediakan mineral Ca yang dibutuhkan ikan. Penurunan laju pertumbuhan yang cukup besar pada hari ke-15 diduga terjadi akibat perubahan kualitas air, seperti fluktuasi pH dan peningkatan kandungan amonia dan nitrit yang dapat berperan sebagai stresor pertumbuhan. Pengaruh perlakuan secara nyata baru terlihat pada kualitas ikan yang dihasilkan, dimana jumlah ikan afkiran pada kontrol lebih besar dibandingkan perlakuan (p<O,05). Hal ini diduga terjadi karena salinitas dan kesadahan mampu meningkatkan status kesehatan ikan. Secara statistik terlihat bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap pH, amonia, nitrit, nitrat-nitrogen dan jumlah bakteri perairan (p<O,05). Perlakuan mampu menghasilkan buffer lebih baik daripada kontrol, dimana pH pada kontrol cenderung berfluktuasi. Kondisi ini bila berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat membahayakan kesehatan ikan. Amonia, nitrit, nitrat-nitrogen dan kelimpahan bakteri perairan walaupun bebeda nyata, namun m,asih berada dalam kisaran toleransi ikan. Bahkan, adanya salinitas akan dapat mengurangi toksisitas amonia dan nitrit (Russo et.al., 1981 dalam Wedemeyer, 1996). Kelimpahan bakteri pada perJakuan yang lebih tinggi diduga terjadi karena pH yang relatif stabil dan keberadaan nutrien yang lebih banyak, sehingga baik untuk pertumbuhan bakteri. Interaksi antara ikan dengan mikroorganisme ini tidak membahayakan apabila kondisi fisika-kimia lingkungan dapat dijaga dengan baik (Wedemeyer, 1996). Parameter kualitas air lainnya seperti suhu. kekeruhan dan DO tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, dimana nilainya masih berada dalam batas toleransi ikan (p>O,05).id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePengaruh Salinitas 3 ppt dan Kesadahan Moderat terhadap Produksi Ikan Hias Maskoki (Carassius aura/us Linnaeus) di dalam Sistem Resirkulasiid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record