dc.description.abstract | Waduk Jatiluhur merupakan waduk serbaguna yang digunakan untuk irigasi, PLTA, pariwisata, dan baku air minum. Untuk mengetahui kualitas air Waduk Jatiluhur maIm pihak Perum Jasa Tirta II (PJT II) sebagai pengelola Waduk Jatiluhur menganalisis kualitas airnya setiap bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air Waduk Jatiluhur selama periode 1996-2000 untuk mengetahui tingkat kelayakannya bagi keperluan minum dan perikanan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis kemiripan kualitas air antar stasiun pengamatan di Waduk Jatiluhur. Parameter kualitas air yang dikaji yaitu suhu, TDS, DO, pH, ammoniak, nitrat, nitrit, sulfat, dan klorida. Setelah dikaji parameterparameter tersebut diperbandingkan dengan PP No.20 Tahun 1990 (Golongan B (air minum) dan C (perikanan)). Dari kajian mengenai morfometri Waduk Jatiluhur, diketahui bahwa Waduk Jatiluhur mengalami penurunan status kesuburan yang diduga berhubungan dengan fungsinya sebagai waduk serbaguna. Hal ini sangat merugikan banyak pihak karena Waduk Jatiluhur juga digunakan sebagai baku air minum untuk memasok keperluan air minum penduduk Jakarta. Hasil evalusi kualitas air Waduk Jatiluhur selama periode pengamatan 1996 - 2000 menunjukkan bahwa secara temporal perairan Waduk Jatiluhur mengalami penurunan daritahun ke tahundan-terdapat beberapa parameter yang tidakmemenuhi baku mutu Golongan B dan C. Paranleter yang tidak memenuhi baku mutu Golongan B adalah rataan dan kisaran DO. Parameter untuk perikanan yang tidak memenuhi baku mutu Golongan C selain kisaran DO juga rataan serta kisaran ammoniak dan nitrit. Kualitas air Waduk Jatiluhur secara spasial berbeda berdasarkan peruntukkannya. Stasiun yang memiliki kualitas paling baik adalah Intake PDAM dan Pompa Indaci. Sedangkan Stasiun Karamba dan Tail Race kualitas airnya lebih rendah daripada stasiun yang lain. Dari analisis kesamaan antar stasiun pengamatan diperoleh hasil bahwa air Waduk Jatiluhur cenderung homogen. Hal ini diduga karena pengambilan contoh air untuk dianalisis hanya berasal dari lapisan pemukaan waduk saja. Tapi meskipun demikian, ada beberapa stasiun yang cenderung menggerombol. Hal ini diduga karena letak stasiun tersebut berdekatan satu sarna lain. Dari perbandingan dengan peneliti lain diperoleh hasil bahwa kisaran DO pada penelitian-penelitian tersebut terkadang tidak memenuhi baku mutu Golongan B dan C. Ammonia pada semua penelitian tidak memenuhi baku mutu Golongan C, sedangkan nitrit sering tidak memenuhi baku mutu Golongan C. Untuk lebih melestarikan Waduk Jatiluhur dapat dilakukan dengan banyak cara. Diantaranya adalah dengan kebijakan, kesadaran lingkungan, rehabilitasi, pencegahan dan pengelolaan, dan kajian iptek. Upaya-upaya tersebut dapat dimaksimalkanjika dikerjakan secara terpadu oleh semua pihak yang terkait didalamnya. | id |