Show simple item record

dc.contributor.advisorTampubollon, B.H
dc.contributor.authorHayati, Renih
dc.date.accessioned2024-03-19T05:54:00Z
dc.date.available2024-03-19T05:54:00Z
dc.date.issued1984
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142365
dc.description.abstractKaret (Hevea brasiliensis) berasal dari daerah tropika di lembah Amazona, Brazilia. Pada akhir abad ke- 19 mulai diusahakan secara besar-besaran dan dalam waktu yang relatif singkat telah berkembang pesat di daerah tropika Asia Tenggara terutama di Malaysia dan Indonesia. Indonesia sebelum perang dunia kedua merupakan penghasil karet alam terbesar di dunia, tetapi kemudian kedudukannya digeser oleh Malaysia menjadi penghasil kedua. Keadaan ini terus berlangsung sampai sekarang. Walaupun demikian, di dalam perekonomian Indonesia peranan karet tetap cukup besar yaitu sebagai penghasil devisa, sebagai penghasil bahan baku dalam negeri, dan sebagai penyerap tenaga kerja. Menurut Soeparto (1981), diperkirakan sekitar 1.5 juta keluarga atau 6 sampai 8 juta jiwa berkecimpung dan mempunyai sumber kehidupan utama dari karet. Sebagai penghasil devisa, karet mempunyai harapan yang baik untuk jangka panjang karena kebutuhan dunia akan karet alam tetap besar. Hal ini berkaitan dengan krisis energi minyak akhir-akhir ini yang merupakan bahan baku utama karet sintetik (Soeparto, 1981). Selain itu, menurut Iskandar (1983), karet sintetik (karet buatan manusia) kurang baik untuk bahan baku ban, sehingga pembuatan ban masih tetap membutuhkan karet alam. Di dalam negeri, industri ban merupakan bentuk industri yang paling banyak menggunakan karet.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcBudidaya dan pengolahan karet di kebun carui / rejodadi PT.RUMPUN antara sidareja, cilacapid
dc.titleBudidaya dan pengolahan karet di kebun carui / rejodadi PT.RUMPUN antara sidareja, cilacapid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record