Show simple item record

dc.contributor.authorKumiadi, Eka
dc.date.accessioned2010-05-06T12:52:08Z
dc.date.available2010-05-06T12:52:08Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14230
dc.description.abstractKodok, salah satu Amphibia yang termasuk hewan kosmopolitan di alam Kodok dari jenis Rarm sp., memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Dagingnya (daging paha) dapat dikonsumsi langsung oleh manusia, sedang bagian tub& laihya cukup baik untuk dijadikan bahan pakan ternak. Sejak tahun 1969, kodok sudah dijadikan komoditi ekspor ke negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Singapura dan China. Terutama Kodok Sawah (Rana carm+ivora)je, nis yang saat ini di beberapa tempat mulai diburu untuk dijadikan bahan pangan. Pemanfaatan Kodok Sawah yang masih berupa penangkapan secara liar, belum teratw dan terkoordinir dengan baik, mengancam keberadaan populasi kodok sawah di alam. Untuk itu perlu diadakannya pengawasan pemanfaatan kodok sawah di alam. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari - April 2000 dengan lokasi di Kelurahan Pasir Eurih, Kecamatan Ciomas; dan Kelurahan Pandan Sari, Kecamatan Ciawi, menganalisa beberapa aspek reproduksi dari kodok Sawah. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan data informatif yang nantinya dapat dijadikan rujukan dalam pengelolaan swnberdaya hayati kodok sawah ini. Bentuk tubuh kodok sawah yang terbesar tidak lebih dari seukuran telapak tangan macusiz dewasa dengan panjang mencapai 10 cm dan berat mencapai 100 gram. Warna tubuh yang coklat dengan bintik-bintik hitarn di seluruh permukaan tububnya menjadi pembeda yang nyata bagi jenisjenis kodok yang lain. Habitatnya yang pasti adalah di areal persawahan dan rawa-rawa. Penyebaran ukuran panjang total terbesar untuk kodok sawah jantan dan betina saat dilakukan pengamatan masing-masing berada pada selang kelas 4,85 - 7,77 cm. Penyebaran untuk kodok sawah betina lebih merata dibandingkan dengan kodok sawah jantan. U h a n panjang minimum dan maksimum kodck sawah jantm adalah 3,4 cm dan 9,6 cm, sedangkan untuk kodok sawah betina adalah 3,3 c1n dan 9,4 cm. Nilai faktor kondisi (A? untuk kodok sawah jantan dan betina berada pada nilai 0,6 - 1,87. Dan rata-rata berada pada nilai K = 1. Hal ini menandakan bahwa ukuran kodok sawah kurang pipih (1 - 3 adalah ukuran pipih (Effendie, 1979)). Perbandingan (rasio) jenis kelamin antara kodok sawah jantan dm betina relatif seimbang. Kodok sawah pada masa juvenil belum dapat dibedakan bentuk organ reproduksinya antara jantan dan betina, baru setelah mengalami masa liietalnorfosis dapat dibedakan antara jantan dan betina. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) kodok sawah pada bulan pengambilan sampel masih berada pada masa belum matang gonad. Ratarata seluruh kodok berada pada TKG 111. Indeks kematangan gonad kodok jantan dan betina masing-masing belum berada pada kondisi maksimum. Begitu juga perkembangan jumlah telur di dalam ovumnya. Rata-rata - - - ~~ ~.~ ~ . ~~. ~- . ~ ~ ~~ ~~~~~~ .., masih berada pada jumlah 1000 butir telur. Menurut Sugiri (1993), Kodok Sawah dapat memiliki fekunditas mencapai 8000 butir. Hubungan fekunditas dengan panjang total dan berat total menghasilkan rumus logaritma Log F = 1,857 + 1,81 LO^ L (R = 0,672) dan Log F = 2,400 + 0,64 Log W (R = 0,531). Pola pemijahan kodok sawah adalah Tokd Spawner dengan waktu yang cukup singkat. Kodok sawah mengalami masa matang gonad pada saat memasuki panjang total 7,O cm. Sehingga kodok pada masa itu sebaiknya tidak ditangkap tetapi tetap dibiarkan di dam untuk melestarikan keberadaannya. Kodok sawah dalam peningkatan nilai faktor kondisinya tidak terpengaruh dari perkembangan gonadnya, melainkan pada adaptasi pada liugkungan secara fisiknya.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleBeberapa Aspek Reproduksi Rodok Sawah Rana cancrivovu di Kabupaten Bogor, Jawa Baratid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record