Show simple item record

dc.contributor.advisorSetiawan, Budi
dc.contributor.advisorDwiriani, Cesilia Meti
dc.contributor.authorMaqfira, Nurul
dc.date.accessioned2024-03-17T23:37:41Z
dc.date.available2024-03-17T23:37:41Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/141995
dc.description.abstractStunting merupakan gangguan pertumbuhan yang disebabkan buruknya asupan zat gizi dan penyakit infeksi yang terjadi dalam waktu yang lama ataupun berulang yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut Usia (TB/U) kurang dari -2 Standar Deviasi. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, 2013, dan 2018 prevalensi stunting balita di Indonesia tercatat 30% artinya 3 dari dari 10 balita mengalami stunting. Prevalensi stunting Sulawesi Selatan tahun 2018 tercatat cukup tinggi yakni 35,6%. Kabupaten Barru merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam lokus Kota/Kabupaten prioritas intervensi penurunan stunting di Sulawesi Selatan di tahun 2022 yang memiliki prevanlensi stunting yaitu 26,4% berdasarkan Studi Status Gizi di Indonesia (SSGI) tahun 2021. Penanganan masalah stunting pada balita di Kabupaten Barru melibatkan berbagai macam intervensi gizi baik sensitif ataupun spesifik. Akan tetapi, prevalensi stunting masih cukup tinggi. Sementara itu terdapat pendekatan positive deviance merupakan salah satu pendekatan yang dinilai efektif dalam mengatasi masalah stunting. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor resiko stunting dan mengkaji faktor yang merupakan positive deviance masalah stunting pada balita di desa lokus stunting Kabupaten Barru. Tujuan khusus yaitu; (1) mengindentifikasi perbedaan karakteristik balita, karakteristik ibu karakteristik sosial ekonomi keluarga pada balita stunting dan tidak stunting di desa lokus stunting; (2) mengindentifikasi perbedaan pola asuh makan balita, pola asuh kesehatan balita, riwayat kesehatan balita, akses ke pelayanan kesehatan pada balita stunting dan tidak stunting di desa lokus stunting; (3) mengidentifikasi faktor resiko memengaruhi kejadian stunting pada desa lokus stunting; (4) mengkaji perilaku positive deviance ibu yang merupakan masalah stunting pada balita di desa lokus stunting. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2023 di Desa Tompo, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten Barru yaitu 22,5% berdasarkan hasil data hasil penimbangan e-PPGBM Agustus 2021. Pada tahapan kuantitatif menggunakan teknik pemilihan subjek yaitu simple random sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah jenis kelamin laki-laki dan perempuan, balita berusia antara 24-59 bulan, anak tidak sedang dalam perawatan medis pada saat penelitian, tinggal bersama orang tua/wali, keluarga bersedia mengikuti kegiatan penelitian, dan memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak/ KIA. Jumlah subjek pada tahap ini yaitu 83 subjek. Tahapan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran terkait perilaku positive deviance ibu balita terhadap status gizi anaknya pada desa lokus stunting. Teknik penarikan informan menggunakan purposive sampling dengan mempertimbangkan kriteria pendapatan keluarga termasuk dalam kategori rendah dan mempunyai balita dengan status gizi tidak stunting yang mencakup tahap define, determine, dan discover. Pengumpulan data menggunakan Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam pada ibu balita yang memenuhi kriteria untuk menemukan perilaku positive deviance. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer mencakup karakteristik balita, karakteristik ibu, karakteristik sosial ekonomi keluarga, pola asuh makan, pola asuh kesehatan, sanitasi lingkungan serta akses pelayanan kesehatan yang diperoleh melalui wawancara terstruktur secara langsung dengan kuesioner. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2019, SPSS versi 21, dan software WHO Anthro untuk status gizi. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat. Analisis bivariat menggunakan uji Mann Whitney dan uji Chi-Square. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Analisis data perilaku positive deviance ibu menggunakan data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Data perilaku positive deviance ibu di desa lokus Kabupaten Barru yang dikumpulkan akan disajikan berbentuk teks naratif. Penelitian ini menemukan bahwa sebanyak 31,3% balita mengalami stunting dan 68,7% tidak stunting. Karakteristik balita secara umum tidak berbeda signifikan antara kelompok stunting dan tidak stunting. Karakteristik ibu, yang secara umum tidak berbeda signifikan kecuali pada pengetahuan gizi (p=0,002) dan tinggi badan ibu saat hamil (0,001). Karakteristik sosial keluarga secara umum tidak berbeda signifikan kecuali pengeluaran pangan (p=0,024). Pola asuh makan balita berbeda secara signifikan pada ASI eksklusif (p=0,000), praktek pemberian makan (p=0,007) dan keragaman pangan (p=0,000) antara kelompok stunting dengan tidak stunting. Pola asuh kesehatan balita secara umum tidak berbeda secara signifikan antara kelompok stunting dan tidak stunting. Riwayat kesehatan tidak berbeda secara signifikan antara kelompok stunting dan tidak stunting. Akses pelayanan Kesehatan berbeda secara signifikan pada kunjungan ANC antara kelompok stunting dan tidak stunting (p=0,000). Faktor-faktor yang memberikan pengaruh kejadian stunting Kabupaten Barru yaitu tinggi badan ibu saat hamil <150 cm [OR=10,675 (95%CI:2,660;42,839)], pengetahuan gizi yang kurang [OR=8,267 (95%CI:1,694;40,350)], dan tidak mendapatkan ASI eksklusif [OR=7,245 (95%CI1,547:33,933)]. Perilaku positive deviance ibu balita terkait riwayat menyusui antara lain melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), melakukan praktik ASI eksklusif selama 6 bulan, dan praktik menyusui yang dilanjutkan hingga 2 tahun. Perilaku positive deviance ketika memberikan MPASI antara lain mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di usia 6 bulan, tahapan tekstur pemberian yang sesuai dengan rekomendasi WHO, dan pengenalan protein hewani yang lebih cepat. Ibu memiliki perilaku positive deviance pada kebiasaan memberi makan seperti memberikan makan anak dengan frekuensi 3-4 kali sehari, menemani anak ketika bermain, memprioritaskan anak dalam pembagian makan di keluarga, dan memuji anak ketika anak menghabiskan makan. Ketika anak sakit ibu akan melakukan pewatan menggunakan bahan alami terlebih dahulu. Kebiasaan kebersihan ibu antara lain membiasakan anak mandi 2 kali sehari dan mencuci tangan sebelum makan, setelah dari WC, sebelum tidur dan setelah main serta ketika menyusui anak. Ibu mengaku mendapat bantuan dan dukungan keluarga dalam mengasuh anak.id
dc.description.sponsorshipNeys-van Hoogstraten Foundation (NHF) The Netherlandsid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleFaktor Resiko Stunting dan perilaku Positive Deviance di Desa Lokus Stunting Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatanid
dc.title.alternativeStunting Risk Factors and Positive Deviance Behavior in the Stunting Locus Village Barru Regency South Sulawesiid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordPositve devianceid
dc.subject.keywordstuntingid
dc.subject.keywordstunting locusid
dc.subject.keywordtoddlersid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record