Perbanyakan generatif anggrek dendroium dan phalaenopsis secara kultur aseptik di kebun raya bogor dan petani anggrek di bandung dan jakarta
Abstract
Anggrek telah sejak zaman dahulu disukai banyak orang karena keindahannya. Keindahan bentuk dan warnanya yang beraneka ragam serta sangat menarik, membuat banyak orang ingin memiliki dan memeliharanya. Keindahannya mempunyai arti tersendiri dibandingkan dengan bunga-bunga lain yang juga indah seperti gerbera, mawar dan dahlia. Selain itu kesegarannya juga lebih tahan lama baik ketika masih di pohonnya maupun setelah dipotong untuk dijadikan rangkaian bunga atau disimpan dalam jambangan.
Di dunia terdapat kurang lebih 24 000 jenis anggrek, 80 persen di antaranya terdapat di daerah tropika. Di Indonesia terdapat sekitar 3000 4000 jenis anggrek
(Ansori, 1983). Jenis anggrek yang ada di Indonesia merupakan jenis yang potensil untuk dikembangkan, merupakan bahan silangan yang bermutu yang telah menghasilkan anggrek- anggrek yang terkenal di dunia, di antaranya adalah Dendrobium dan Phalaenopsis. Ada sekitar 275 Dendrobium asli Indonesia, species-species ini sangat bervariasi dalam karakternya dan memperlihatkan potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Beberapa jenis Dendrobium asal Indonesia telah memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam dunia peranggrekan. Dendrobium phalaenopsis telah menurunkan silangan-silangan yang terkenal seperti D. pompadour, D. Jaquelyn Thomas, D. Blue Bonnet dan D. Caesar. Dendrobium bigibum menghasilkan D. Pink Shower, D. Ann Schneider D. Alleana dan lain-lain. Dendrobium undulatum menghasilkan D. Blue Torro, D. Allice Spalding, D. Alpen Glow, D. Cathy sedangkan D. schulerii telah pula menghasilkan D. Anom, D. Brown Derby, D. Beach Girl, D. Golden Boy, D. Mary Neal, D. Sunset Hill dan D. Sunset Glow yang cukup terkenal di antara silangan Dendrobium (Gandawidjaya dan Sastrapradja, 1980).