Dampak pola kemitraan Contract Farming terhadap pendapatan petani dan eksportir kopi : Studi kasus kemitraan PT.Abdina Jaya di Kecmatan Sumber Jaya, Lampung Barat
View/ Open
Date
1996Author
Witasari, Sukma
Hendrakusumahatmadja, Sutara
Metadata
Show full item recordAbstract
Realisasi ekspor andalan Lampung masih diduduki komoditi kopi yang memberikan sumbangan cukup besar terhadap total nilai ekspor Lampung yaitu rata- rata sebesar 44.73% (tahun 1991-1995). Kontribusi volume ekspor kopi Lampung terhadap volume ekspor kopi nasional rata-rata sebesar 44.25% dan nilainya rata-rata 41.58% per tahun (tahun 1991-1995).
Nilai ekspor kopi Lampung tersebut mengalami fluktuasi di karenakan mutu kopi yang diekspor sekitar 90% adalah mutu rendah, yaitu mutu IV, V dan VI.. Harga dari kopi mutu IV, V, dan VI di pasaran internasional rendah dan sangat berfluktuasi, sebaliknya Kopi mutu I, II, dan III harganya tinggi dan relatif stabil.
Dalam era globalisasi ekonomi dunia yang sedang berlangsung saat ini, tingkat persaingan memperebutkan pangsa pasar di negara konsumen kopi menjadi sangat ketat. Untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasar, eksportir kopi harus memiliki keunggulan dalam mutu kopi, biaya produksi yang rendah dan tingkat harga yang bersaing.
PT. Abdina Jaya telah membuktikan dengan melakukan kemitraan (Contract
Farming) dimana petani mitra sebagai pemasok bahan baku kopi merah dapat
menghasilkan kopi bermutu tinggi yaitu WIB I, II dan III sehingga mampu bersaing di
pasaran internasional. PT. Abdina Jaya mampu memperluas pangsa pasar di luar negri
dengan tujuan utama ekspor negara Jepang, Inggris, Jerman, Polandia, Swiss, Belanda,
dan lain-lain. Volume ekspor kopi WIB mutu I,II dan III yang diekspor baru
mencapai 16% dari rata-rata volume ekspor kopi OIB dan nilai ekspornya 20% dari nilai ekspor kopi OIB. Dari indikator efisiensi ekonomi R/C rasio, Kopi WIB lebih efisien dibandingkan kopi OIB.
Selain pangsa pasar luar negri yang semakin luas, PT. Abdina Jaya memperoleh keuntungan dari segi kontinuitas bahan baku dari petani mitra, tidak perlunya investasi di bidang usahatani kopi, semakin pendeknya rantai tataniaga kopi merah yang dapat menekan biaya pengumpulan.