Show simple item record

dc.contributor.advisorRatnawati, Anny
dc.contributor.authorDarma, Andi
dc.date.accessioned2024-03-07T07:39:31Z
dc.date.available2024-03-07T07:39:31Z
dc.date.issued1997
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/141238
dc.description.abstractKondisi yang dihadapi industri gula tebu saat ini adalah masih lebih kecilnya pertumbuhan produksi gula tebu domestik daripada pertumbuhan konsumsi gula tebu domestik. Sementara itu keadaan ini diperparah dengan kuatnya tekanan permintaan lahan tebu ke arah penggunaan non tebu akibat terkonsentrasi produksi di pulau Jawa. Untuk mengantisipasi hal tersebut pemerintah mulai mengarahkan pengembangan areal lahan tebu ke lahan kering yang terutama berada di luar pulau Jawa. Walaupun demikian usaha tersebut belum memberikan hasil yang memuaskan yang terlihat dari masih besarnya import gula Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menelaah kinerja dari industri gula tebu lahan kering di luar Jawa, baik untuk tingkat usahatani maupun pabrik gulanya. Untuk tingkat usahatani, kinerjanya dilihat melalui hasil analisis pendapatan, sedangkan untuk tingkat pabrik gula kinerja dilihat berdasarkan hasil analisis nilai tambah dan titik impas. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja dari PG. Bungamayang yang terletak di Kabupaten Lampung Utara, Propinsi Lampung. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan pengamatan lapang selama kurang lebih sebulan. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak perusahaan pengolah tebu (karyawan dan staf PG Bungamayang) maupun petani tebu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan dari bahan-bahan pustaka ataupun literatur lain yang berkaitan dengan permasalahan yang dipelajari. Metode analisis data yang digunakan meliputi analisis secara deskriptif (kualitatif) dan kuantitatif. Adapun data sekunder yang dianalisis adalah dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1996. Dari hasil perhitungan analisis pendapatan usahatani, didapat bahwa rata-rata tingkat pendapatan terendah petani tebu ada pada TRIT I (Rp -75 012,-per hektar) yang disebabkan oleh besarnya biaya usahatani pada masa tesebut. Komponen biaya yang cukup besar pada TRIT I adalah biaya pengolahan lahan dan biaya bibit. Sedangkan rata-rata pendapatan per hektar terbesar dicapai pada TRIT IV (Rp 830 578,- per hektar) karena biaya-biaya usahatani sudah semakin berkurang dan produktivitas tebu yang meningkat. Berdasarkan hasil analisis R/C rasio, prospek perkembangan usahatani tebu di daerah ini cukup memprihatinkan yaitu dengan rata- rata R/C sebesar 1,3. Selain biaya usahatani yang cukup besar, hal ini juga disebabkan…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcIncomeid
dc.titleAnalisis pendapatan usahatani tebu lahan kering serta analisis nilai tambah dan titik impas pada pabrik gula di luar Jawaid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record