Show simple item record

dc.contributor.authorMardiyatuljanah, Mia
dc.date.accessioned2010-05-06T09:18:29Z
dc.date.available2010-05-06T09:18:29Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14081
dc.description.abstractPangan merupakan kebutuhan pokok rakyat yang ketersediaan, distribusi, dan tingkat harganya sangat berpengaruh pada stabilitas perekonomian nasional. Di era orde baru melalui pembangunan pertanian tanaman pangan, pada tahun 1984 telah mencapai swasembada beras. Namun dewasa ini telah disadari bahwa kemantapan swasembada tersebut masih rentan terutama terhadap perubahan iklim, serangan hama dan penyakit, serta gejolak pasar. Kondisi iklim yang tidak menguntungkan, yaitu terjadinya kemarau panjang dan hujan berkepanjangan menyebabkan menurunnya produksi beras. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang (2008), Kecamatan Ujungjaya memiliki luas panen terbesar yang merupakan daerah sentra produksi usahatani padi. Lahan sawah beririgasi teknis di Kecamatan Ujungjaya memiliki luas sebesar 1.552 hektar. Secara syarat pengairan jenis irigasi tersebut adalah irigasi teknis, namun pada kenyataannya sering terjadi kekeringan pada musim kemarau. Dalam rangka meningkatkan produksi pertanian terutama padi di Kecamatan Ujungjaya, diperlukan suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan akan sumberdaya air pertanian dengan membangun irigasi pompanisasi. Proyek pompanisasi yang akan dilaksanakan di Desa Keboncau Kecamatan Ujungjaya merupakan proyek pemerintah karena dananya bersumber dari dana pemerintah (APBN). Kegiatan pembangunan irigasi pompa harus dipandang sebagai suatu proyek, maka harus dilakukan analisis kelayakannya secara ekonomi. Kriteria kelayakan yang digunakan adalah NPV, Net B/C, IRR, dan Analisis Sensitivitas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membandingkan antara petani tanpa pompanisasi dan petani dengan pompanisasi. Berdasarkan penelitian lapang diketahui bahwa 100 persen petani dengan pompanisasi melakukan pola tanam padi-padi-kedelai/sayuran dengan nilai intensitas tanam sebesar 300 persen. Sedangkan pola tanam petani tanpa pompanisasi adalah padi-padi-bera dengan nilai intensitas tanam sebesar 200 persen. Dengan demikian, penggunaan pompanisasi telah berhasil meningkatkan intensitas tanam sebesar 100 persen. Sehingga telah meningkatkan tingkat produksi padi per tahun sebesar 2.044 kg dan dapat memberikan tambahan produksi berupa kedelai sebesar 1.414 kg/ha, mentimun suri 20.684 kg/ha, mentimun 21.144 kg/ha dan oyong 8.261 kg/ha. Melalui perubahan pola tanam dan peningkatan intensitas tanam, kegiatan usahatani sawah dengan pompanisasi menyerap tenaga kerja total sebesar 900,7 HOK/tahun, sedangkan pada usahatani sawah tanpa pompanisasi hanya menyerap 206,5 HOK/tahun. Dengan digunakannya pompanisasi, terjadi peningkatan pengunaan tenaga kerja sebesar 694,2 HOK/tahun dan nilai tersebut sebanding dengan Rp 20.826.000,00. Akibat dari peningkatan tingkat produksi, pembangunan pompanisasi dapat meningkatkan penerimaan petani sebesar 118 persen dalam setahun, sehingga kesejahteraan mayarakat pun meningkat. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 80.257.566,00. Nilai ini berarti investasi pompanisasi memberikan pendapatan bersih tambahan sebesar Rp 80.257.566,00. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 1,10, hal ini berarti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,10. Sedangkan nilai IRR diperoleh sebesar 16 persen. Dengan demikian pembangunan pompanisasi yang akan dilaksanakan dinyatakan layak secara ekonomi. Berdasarkan tiga kelas petani yang dikelompokkan berdasarkan luas lahan menunjukkan bahwa petani pada kelas terkecil memiliki nilai yang paling efisien dalam kegiatan usahataninya dibandingkan dengan petani yang memiliki luas lahan yang lebih besar. Dengan kata lain semakin kecil lahan yang dimiliki, nilai kelayakan usahataninya semakin efisien. Hal ini dikarenakan petani yang memiliki lahan kecil dapat lebih menekan biaya usahataninya dalam melakukan kegiatan usahatani. Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah perubahan terhadap harga input (harga pestisida). Berdasarkan data dari Departemen Pertanian terjadi ratarata peningkatan harga pestisida per liter per tahun sebesar 22 persen. Dari hasil analisis diperoleh NPV sebesar Rp 71.757.826,00. Nilai ini berarti investasi pompanisasi memberikan pendapatan bersih sebesar Rp 71.757.826,00 dan masih layak untuk dilanjutkan. Nila Net B/C yang diperoleh sebesar 1,09, hal ini berarti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,09. Sedangkan nilai IRR diperoleh sebesar 16 persen. Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap harga pestisida pada masing-masing kelas luas lahan menunjukkan bahwa kegiatan uasahatani pada lahan yang lebih kecil dinyatakan lebih layak dibandingkan dengan lahan yang lebih luas apabila terjadi peningkatan harga pestisida sebesar 22 persen. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis switching value (nilai pengganti). Analisis tersebut juga dilakukan pada penelitian ini. Perubahan harga pestisida pada analisis kelayakan ekonomi mencapai kondisi yang mendekati keuntungan normal dan proyek dapat diterima ketika NPV Rp 6.850.724,00. Nilai ini berarti bahwa investasi pompanisasi akan memberikan pendapatan bersih tambahan sebesar Rp 6.850.724,00 selama 5 tahun pada nilai sekarang. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 1,00. Berarti setiap pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,00. Sedangkan IRR yang diperoleh adalah 12 persen. Pada tingkat bunga ini NPV bernilai 0. Kondisi ini terjadi ketika harga pestisida meningakat sebesar 190 persen. Dengan demikian, secara ekonomi investasi pompanisasi layak untuk dilanjutkan jika terjadi peningkatan harga pestisida 190 persen dari semula. Dari hasil analisis diperoleh nilai perubahan yang bisa ditoleransi terhadap peningkatan harga pestisida pada masing-masing kelas luas lahan, yaitu pada kelas luas lahan ≤ 0,5 ha, secara ekonomi proyek tersebut mencapai kondisi yang mendekati keuntungan normal jika terjadi peningkatan harga pestisida berturutturut 250, 240 dan 150 persen dari semula.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleStudi Kelayakan Ekonomi Proyek Pompanisasi Desa Keboncau Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedangid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record