Show simple item record

dc.contributor.advisorAdiwibowo, Soeryo
dc.contributor.authorTuilan, Jean Adlyna
dc.date.accessioned2024-02-27T01:43:25Z
dc.date.available2024-02-27T01:43:25Z
dc.date.issued1996
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/140024
dc.description.abstractStudi mengenai mobilitas tenaga kerja seperti yang dilakukan Hugo (1973), Breman (1980) serta banyak peneliti lainnya menggambarkan bahwa sebagian besar tenaga kerja di pedesaan tergeser dari sektor pertanian ke sektor lainnya. Migrasi banyak dilakukan oleh tenaga kerja, khususnya usia muda akibat semakin kecilnya peluang kerja di pedesaan. Pelacuran (pekerja sektor informal tidak sah) sebagai salah satu kegiatan yang banyak dimasuki oleh migran asal pedesaan, khususnya wanita usia muda, merupakan pos penampung tenaga kerja yang tidak dapat diabaikan dalam konteks perpindahan penduduk dari desa ke kota. Keinginan untuk memperoleh penghasilan dalam waktu cepat merupakan salah satu determinan mengingat "pekerja" pada sektor ekonomi tidak sah ini dapat hidup relatif layak. Secara psikologis, hal ini tentunya berbanding terbalik dengan keharusan berkompetisi memasuki bidang pekerjaan lainnya. Dengan kondisi dan latar belakang tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk menelaah lebih jauh faktor-faktor yang melatarbelakangi tenaga kerja wanita usia muda di kelurahan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang melakukan migrasi ke kota dan kaitannya dengan menjadikan kegiatan pelacuran sebagai mata pencaharian; serta menelaah kecenderungan-kecenderungan yang ditemui di kota yang turut menentukan individu memilih profesi pelacuran sebagai mata pencaharian utama. Penggalian secara alamiah yang melatarbelakangi secara sistematis timbulnya pelacuran di perkotaan, dalam konteks migrasi desa-kota, ditelaah secara berjenjang mulai dari tingkat individu, rumahtangga orangtua, kondisi ekonomi desa aşal, individu yang bersangkutan, hingga tingkat kota tempat individu bekerja sebagai pelacur (wanita penghibur). Pada setiap jenjang telaahan tersebut, dikaji faktor-faktor sosial, ekonomi. dan budaya yang melatarbelakangi seseorang menjadi pelacur. Tiga jenjang pertama (individu, rumahtangga orang tua, dan kondisi ekonomi desa asal inidividu) dipandang sebagai faktor pendorong keputusan melacur. Sementara jenjang yang terakhir (daya tarik kota) dipandang sebagai faktor penarik. Dari tiga faktor pendorong timbulnya pelacuran, kondisi ekonomi desa asal merupakan variabel yang penting untuk ditelaah karena dapat menjelaskan latar belakang pelacuran dalam konteks migrasi desa-kota...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleLatar belakang pekerja sektor informal tidak sah di DKI Jakarta dalam konteks migrasi desa kota : Studi kasus wanita penghibur dari kelurahan Palabuhanratu, kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten DT. II Sukabumi, Jawa Barat Yang bekerja di DKI Jakartaid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record