Show simple item record

dc.contributor.advisorMuljono, Pudji
dc.contributor.advisorSeminar, Annisa Utami
dc.contributor.authorUlfa, Kamalia
dc.date.accessioned2024-02-23T07:59:17Z
dc.date.available2024-02-23T07:59:17Z
dc.date.issued2024-02
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/139793
dc.description.abstractSebagai mitra pemerintah, sudah selayaknya keujruen blang dan penyuluh pertanian sebagai fasilitator pemerintah sektor pertanian harus memiliki kesamaan makna dalam aktivitas praktik pertanian. Hal ini bertujuan untuk mencapai misi pembangunan nasional yang termaktub ke dalam prioritas ketahanan pangan melalui ajakan pertanian yang berkelanjutan. Kolaborasi antara penyuluh dengan lembaga adat mampu menciptakan praktik pertanian yang efektif guna meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani. Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis tentang pemaknaan praktik pertanian yang dimiliki oleh penyuluh dan lembaga adat di kecamatan Sukamakmur Aceh Besar dengan memahami peran dari masing-masing aktor. Untuk menganalisis pemaknaan praktik pertanian bagi penyuluh dan lembaga adat maka penelitian ini menggunakan konsep hierarki makna yang terdapat dalam teori Coordinated Management of Meaning (CMM) atau Manajemen Makna Terorganisasi. Penelitian ini disajikan dengan metode kualitatif dengan desain etnografi. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Sukamakmur Aceh besar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga September 2023 melalui beberapa tahapan. Penentuan informan dilakukan secara sengaja (purposive). Analisis yang digunakan adalah Ethnographic Content Analysis (ECA). Validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan triangulasi data. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pengkoordinasian makna praktik pertanian antara penyuluh dan lembaga adat keujruen blang dapat dinilai dari peran masing masing aktor. Sesuai dari pada hasil pembahasan dan analisis dapat dapat dideduksikan bahwasanya koordinasi makna antara keujruen blang dan penyuluh secara keseluruh terjadi secara parsial. Hal ini lumrah ditemukan dalam realita sosial dikarenakan setiap individu mempunyai interpretasi pemaknaan yang berbeda disetiap level hierarki makna. Makna terkoordinasi saat kedua aktor memiliki kesamaan makna terkait praktik pertanian yaitu dengan mewujudkan pertanian berkelanjutan. Adapun makna tidak terkoordinasi yang terjadi pada beberapa level hierarki makna disebabkan karena adanya divergensi peran dari masing-masing aktor. Namun, adanya divergensi makna pada level hierarki makna tertentu tidak menyebabkan proses komunikasi terhambat melainkan tetap saling mendukung komunikasi para aktor di setiap level hierarki. Selain itu divergensi, yang tercipta menjadi suatu keunikan dari setiap aktor.id
dc.description.abstractAs government partners, it is appropriate that keujruen blang and agricultural extension as government facilitators in the agricultural sector should have the same meaning in agricultural practice activities. This aims to achieve the national development mission enshrined in the priority of food security through sustainable agricultural agitation. Collaboration between extension workers and customary institutions can create effective agricultural practices to increase the income and living standards of farming communities. The focus of this research is to analyze the meaning of agricultural practices owned by extension workers and customary institutions in Sukamakmur sub-district, Aceh Besar by understanding the role of each actor. To analyze the meaning of agricultural practices for extension workers and customary institutions, this research uses the concept of hierarchy of meaning contained in the theory of Coordinated Management of Meaning (CMM) or Organized Management of Meaning. This research is presented using a qualitative method with an ethnographic design. The research place was conducted in Sukamakmur District, Aceh Besar. This research was conducted from March to September 2023 through several stages. Determination of informants is done intentionally (purposive). The analysis used is Ethnographic Content Analysis (ECA). Validity in this study was carried out using data triangulation. According to the results of the discussion and analysis, it can be deduced that the coordination of meaning between keujruen blang and agricultural extension as a whole occurs partially. This is commonly found in social reality because each individual has a different interpretation of meaning at each level of the meaning hierarchy. Coordinated meaning when both actors have the same meaning regarding agricultural practices, namely realizing sustainable agriculture. The uncoordinated meaning that occurs at several levels of the meaning hierarchy is caused by the divergence of the roles of each actor. However, the existence of divergence of meaning at certain levels of the meaning hierarchy does not cause the communication process to be hampered but rather continues to support the communication of actors at each level of the hierarchy. Apart from that, the divergence that is created is unique to each actor.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleDialog Keujruen Blang dan Penyuluh Pertanian dalam Praktik Pertanian Padi Sawah Kabupaten Aceh Besarid
dc.title.alternativeKeujruen Blang and Agriculture Extension Dialogue in Rice Farming Practice in Aceh Besar Districtid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkeujruen blangid
dc.subject.keywordpenyuluh pertanianid
dc.subject.keywordpraktik pertanianid
dc.subject.keywordCMMid
dc.subject.keywordagricultural extensionid
dc.subject.keywordagricultural practicesid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record