Show simple item record

dc.contributor.advisorPurba, Mulia
dc.contributor.advisorAtmadipoera, Agus S.
dc.contributor.authorFarita, Yandranka
dc.date.accessioned2024-02-02T01:55:36Z
dc.date.available2024-02-02T01:55:36Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/137277
dc.description.abstractPerairan Indonesia merupakan perairan penghubung antara S. Hindia dan S. Pasifik sehingga sangat dipengaruhi oleh variabilitas iklim muson, Indian Ocean Dipole Mode (IODM) dan El Nino Southern Oscillation (ENSO). Tujuan penelitian ini adalah mengkaji variabilitas suhu pada kedalaman 0-600 meter di perairan selatan Jawa Barat dan hubungannya dengan Angin Muson, IODM dan ENSO dengan menggunakan analisis deret waktu Data yang digunakan adalah data suhu mingguan hasil pengukuran XBT yang dilakukan oleh CSIRO Australia di perairan selatan Jawa Barat Januari 1997 Desember 2001, data angin harian dari ECMWF, Dipole Mode Index (DMI) mingguan dan Southern Oscillation Index (SOI) bulanan. Data suhu ditampilkan dalam bentuk sebaran temporal dan kemudian dianalisis dengan metode analisis deret waktu yang terdiri dari spektrum densitas energi dan korelasi silang. Sebaran temporal suhu menunjukkan stratifikasi termal yang sangat jelas. Secara umum lapisan tercampur diwakili oleh isoterm lebih dari 27°C, lapisan termoklin digambarkan oleh isoterm isoterm 14°C - 27°C, sedangkan lapisan dalam diwakili oleh kontur isoterm kurang dari 9°C -13°C. Suhu pada kedalaman 0-200 meter menunjukkan fluktuasi dengan periode tahunan. Pada musim Barat, suhu permukaan laut (SPL) relatif tinggi, lapisan tercampur lebih tebal (75 - 100 meter), dan lapisan termoklin ditemukan pada kedalaman 100-175 meter. Kondisi ini disebabkan oleh Arus Pantai Jawa (APJ) yang didorong oleh Angin Muson Barat Laut. Pada musim Timur, lapisan termoklin bergeser mendekati permukaan sehingga lapisan tercampur menjadi lebih tipis (sekitar 50 meter) dan SPL relatif dingin. Hal ini merupakan indikasi terjadinya penaikan massa air yang disebabkan oleh Angin Muson Tenggara. Intensitas penaikan massa air tersebut tidak sama dari tahun ke tahun. Pada musim Timur 1997, lapisan termoklin ditemukan sangat dangkal dan bahkan hampir mencapai permukaan. Perbedaan intensitas penaikan massa air tersebut mengindikasikan adanya fluktuasi antar-tahunan yang diduga berkaitan dengan peristiwa IODM. Pada tahun 1997, IODM terjadi bersamaan dengan El Nino sehingga fluktuasi antar-tahunan tersebut dapat juga disebabkan oleh ENSO. Selain itu, ditemukan pula fluktuasi setengah-tahunan yang diduga berkaitan dengan Gelombang Kelvin. Fluktuasi setengah-tahunan tersebut terlihat lebih jelas pada kedalaman lebih dari 200 meter. Hasil analisis spektrum antara angin dengan suhu menunjukkan bahwa fluktuasi setengah-tahunan di permukaan memiliki korelasi yang cukup erat dengan angin zonal (0,78) dan meridional (0,61). Fluktuasi tahunan di permukaan juga menunjukkan korelasi yang cukup erat dengan angin zonal (0,58) dan meridional (0,72). Pada kedalaman 100 meter, fluktuasi tahunan menunjukkan korelasi yang sangat erat dengan angin zonal (0,84) dan meridional (0,83). Fluktuasi antar tahunan ditemukan antara SOI dengan SPL. Kedua fluktuasi menunjukkan korelasi yang cukup erat (0,6) dengan periode 30 bulan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAngin musonid
dc.subject.ddcEl Ninoid
dc.titleVariabilitas suhu di perairan selatan Jawa Barat dan hubungannya dengan angin muson, Indian Ocean Dipole Mode dan El Nino Southern Ascillationid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record