Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor biji kakao Indonesia
View/ Open
Date
2006Author
Manik, Hermina Maharani Br Ginting
Oktaviani, Rina
Metadata
Show full item recordAbstract
Komoditas perkebunan konvensional yang telah dikenal peranannya dalam perekonomian Indonesia anatara lain adalah karet, kelapa sawit dan kopi. Sementara itu pengembangan komoditi non konvensional terus digalakkan untuk memperoleh pola produksi yang lebih beragam. Pengembangan komoditi kakao sejalan dengan konsepsi tersebut.
Nilai ekspor kakao Indonesia menunjukkan arah perkembangan positif dari tahun ketahun, menunjukkan pangsa pasar yang cukup meyakinkan, meskipun pada tahun 2003 ekspor kakao Indonesia mengalami penurunan sebesar 199.784 ton. Hal ini ditandai dengan peranannya dalam memasok devisa yaitu sebesar 0,5 persen terhadap total ekspor keseluruhan atau 11,3 persen terhadap total ekspor pertanian (BPS, 2004).
Selain mengekspor, Indonesia juga merupakan negara pengimpor kakao. Impor kakao Indonesia meningkat dari tahun ketahun seiring dengan peningkatan permintaan dan konsumsi kakao masyarakat Indonesia. Peningkatan impor kakao Indonesia anatara lain disebabkan karena mutu kakao Indonesia yang relatif kurang baik daripada negara penghasil kakao dunia.
Penelitian ini bertujuan menganalisis perkembangan ekspor kakao Indonesia di pasar internasional dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kakao Indonesia. Metode pengolahan data menggunakan program minitab, sedangkan analisis data dengan metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu untuk menaksir parameter model regresi berganda. Variabel yang digunakan adalah harga kakao domestik, harga kakao ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan lag ekspor dengan data time series.
Koefisien determinasi (R²) untuk negara Singapura adalah sebesar 80,8 persen, hal ini berarti bahwa 80,8 persen perubahan volume ekspor kakao Indonesia ke Singapura dapat dijelaskan oleh prediktor. Berdasarkan uji t, variabel harga di negara Singapura dan volume ekspor tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap perubahan volume ekspor kakao Indonesia, sedang variabel harga domestik dan nilai tukar riil tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kakao Indonesia pada taraf nyata 5 persen. Koefisien harga domestik yaitu sebesar 13,15, yang berarti setiap kenaikan harga kakao domestik sebesar satu dollar akan meningkatkan volume ekspor kakao Indonesia sebesar 13,15 ton. Koefisien regresi variabel harga kakao di negara Singapura adalah sebesar -39,85. Artinya setiap kenaikan harga ekspor sebesar satu dollar saja akan berdampak menurunnya permintaan ekspor kakao di negara Singapura sebesar 39,85 ton.
Koefisien regresi variabel nilai tukar adalah sebesar 1,66. Artinya jika nilai tukar mengalami peningkatan sebesar RpI/USS maka akan meningkatkan volume ekspor kakao ke Singapura sebesar 1,66 ton. Koefisien regresi variabel lag ekspor adalah sebesar 0,63. Nilai ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan rata-rata ekspor tahun sebelumnya sebesar 1 ton akan meningkatkan permintaan ekspor kakao Indonesia sebesar 0,63 ton, cateris paribus.