Show simple item record

dc.contributor.advisorSuharno
dc.contributor.authorPanggilah, Ganjar Putra
dc.date.accessioned2024-01-29T03:44:41Z
dc.date.available2024-01-29T03:44:41Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/136470
dc.description.abstractHak Salah satu subsektor pertanian penting yang menopang perekonomian Indonesia adalah hortikultura. Dirjen Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura menyebutkan bahwa pengembangan komoditas sayuran di Indonesia diarahkan untuk: (1) memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan untuk memenuhi gizi; (2) mengurangi fluktuasi yang tajam untuk turut mempertahankan stabilitas ekonomi; (3) mengurangi impor dan menaikan ekspor, (4) memperluas kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan petani. Jamur adalah salah satu komoditi yang sudah cukup dikenal dan perlu pengembangan secara intensif. Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di daerah tropik memiliki potensi untuk budidaya jamur. Jamur yang telah diterima sebagai sumber makanan tambahan sudah banyak diminati oleh masyarakat. Dewasa ini banyak perusahaan agribisnis yang tak mampu bersaing karena tidak mampu mengikuti market trend (kecenderungan pasar) atupun terlena pada comfort zone, yaitu kondisi dimana perusahaan merasa bahwa selama ini lingkungan internal dan eksternal yang ada cenderung stabil. Kecenderungan pasar di sektor agribisnis terus mengalami peningkatan seiring dengan perubahan perilaku konsumen. Perubahan perilaku ini paling sedikit ada dua hal pokok yakni perubahan cara-cara konsumsi dan perubahan dalam mengevaluasi suatu produk. Perusahaan jamur Lembah Jamur Panyandaan (LJP) yang berada di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung merupakan perusahaan yang memproduksi jamur tiram yang telah berdiri selama 3 tahun memerlukan strategi pengembangan usaha semacam itu untuk memenuhi tantangan persaingan dan dapat survive di pasar persaingan jamur secara sempit dan pasar sayuran serta bahan pangan secara luas. Analisis yang dilakukan menggunakan alat bantu berupa matriks IFE dan matriks EFE untuk mengetahui kondisi internal (kekuatan dan kelemahan), dan kondisi eksternal (peluang dan ancaman). Matriks IE dan matriks SWOT digunakan untuk menghasilkan beberapa alternatif strategi bagi perusahaan, dan matriks QSP untuk menentukan strategi yang diprioritaskan untuk segera diimplementasikan. Hasil analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation) menunjukkan bahwa kemampuan internal dari perusahaan Lembah Jamur Panyandaan adalah dalam kondisi rata-rata yang memiliki total skor sebesar 2,533 dengan kekuatan utama adalah perusahaan tidak memiliki hutang atau kewajiban (skor 0.304). lokasi perusahaan yang strategis (skor 0.288), asas saling percaya dan kejujuran antar pegawai (skor 0.266), produktivitas pertumbuhan jamur diatas rata-rata (skor 0.256), pengembangan investasi dengan sistem kemitraan (skor 0.244), dan mampu menghasilkan media tanam sendiri (skor 0.238). Sedangkan kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah kegiatan produksi dan operasi masih sederhana (skor 0.104), sistem manajemen sederhana dengan keputusan terpusat pada pimpinan (skor 104), pemasaran media tanam dengan sistem warung (skor 0.109), potensi kualitas SDM yang rendah (skor 0.120), dan tidak ada sistem pelatihan karyawan yang baku dan terencana (skor 0.122)…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcJamur tiramid
dc.subject.ddcJawa Baratid
dc.subject.ddcBandungid
dc.titleStrategi pengembangan usaha jamur tiram, Pleurotus sp. pada perusahaan Lembah Jamur Panyandaan, Kabupaten Bandungid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record